Tidak semua orang bisa menulis karya tulis ilmiah

Menulis itu mudah, tapi tidak semua orang bisa menulis. Begitulah pesan singkat dari sebuah diskusi informal di sebuah warung kopi. Untuk memahami pengertian ini, sebaiknya anda membaca hingga tuntas agar komunikasi tertulis antara penulis dengan anda, berjalan dengan baik.

Menulis itu mudah, saya yakin ketika seorang anak telah lulus dari sekolah dasar, dia mampu menulis. Saat lanjut lulus sekolah menengah, dia mampu mengarang. Apalagi dilanjut hiingga perguruan tinggi, dia sudah bisa membuat konsep, argumen, premis, hingga menjadikannya sebuah output yang berkualitas.

Semua orang bisa menulis

Tidak dipungkiri bahwa memang sebetulnya semua orang bisa menulis. Terlebih aktivitas menulis adalah aktivitas sehari hari yang dilakoni oleh masyarakat modern. Siapa sih yang tidak bisa menulis status di facebook, twitter, caption instagram, pinterest, dan lain-lain. Semua itu bisa dilakukan karena semua orang bisa menulis.

Permasalahannya adalah menulis dalam bentuk apa sekarang? Menulis yang dimaksud pada artikel ini adalah menulis karya tulis ilmiah seperti proposal, laporan akhir, skripsi, tesis, disertasi, artikel jurnal, dan sebagainya. Karya tulis ilmiah agak sedikit berbeda karena memiliki standar dan sistematika yang baku sehingga terkesan monotan dan sulit dipahami bahkan dihindari oleh orang awam. Biasanya orang akan mengerti jika materi dalam karya tulis ilmiah tersebut dikonversi dalam bentuk video tiktok, atau minimal tulisan surat kabar di media online.

Maka dari populasi masyarakat yang semua bisa menulis, kita akan eliminasi setidaknya kepada orang yang paham dengan karya tulis ilmiah. Berdasarkan hasil sensus penduduk 2020, terdapat 8.5 persen penduduk yang lulus sarjana. Angka itu tentu saja hanya gambaran saja, tidak kita gunakan seratus persen. Toh jika kita menggunakan angka 20 persen, tetap saja itu hanya 1 dari 5 orang penduduk Indonesia mengerti tentang karya tulis ilmiah.

Pertanyaan selanjutnya, apakah dari masyarakat yang lulus dari sarjana tersbeut, tetap meneruskan aktivitas ilmiahnya setelah lulus? Jika mahasiswa tersebut memiliki profesi dosen atau peneliti, sudah dipastikan mereka akan meneruskan aktivitas ilmiahnya dengan menulis karya tulis ilmiah. Meskipun karya tulis ilmiah itu bisa dibuat oleh siapa saja, tetapi profesi dosen dan peneliti wajib menulis karena sudah menjadi tugas dan fungsi pokok pekerjaannya.

Kuncinya ada di waktu

Bisa atau tidaknya menulis karya tulis ilmiah tergantung kepada penulis mampu meluangkan waktu atau tidak terhadap aktivitas sehari harinya. Banyak orang yang merasa bisa menulis tapi menggunakan alasan pekerjaan dan aktivitasnya yang mengharuskan dirinya bergerak mobile sehingga tidak mampu menulis bahkan satu artikel pun. Ada juga peneliti yang tidak mampu fokus kepada apa yang ditulis sehingga kerangka penulisannya tidak bisa diidentifikasi dari hasil tulisannya.

Bicara tentang peneliti memang banyak sekali style atau gaya yang berbeda. Ada peneliti yang kesehariannya suka bergaul dan becanda, tapi karya tulisnya terus publish secara rutin. Ternyata setelah dikorek informasinya, beliau suka menulis di malam hari. Siang adalah waktunya untuk mencari ide dan meluaskan jaringan. Ada juga peneliti yang tidak pernah keluar ruangan, selalu sibuk dengan tesisnya, namun publikasinya tidak sebanyak peneliti yang pertama.

Waktu yang disiapkan untuk menulis karya tulis ilmiah bukan hanya berdasarkan kuantitasnya, tapi juga kualitasnya. Dua jam yang sama bisa menghasilkan jumlah output tulisan yang berbeda jika dikerjakan dengan persiapan yang matang atau tidak.

Kemampuan menulis bisa dilatih

Pelatihan menulis banyak tersedia baik online maupun offline. Penulisan paragraf cerita juga hampir setiap tahun ada pelatihannya. Ada orang menulis tanpa henti ibarat sedang berbicara dengan laptopnya, bunyi ketikan keyboard tidak pernah putus. Ada juga orang yang bengong selama dua jam hanya menghasilkan satu paragraf.

Yup, menulis bisa dilatih. Sama dengan kemampuan berbicara di depan umum, juga bisa dilatih. Semakin banyak latihan maka semakin bisa menguasai dan merangkai kata menjadi kalimat yang apik. Tinggal memilih, apakah rangkaian bahasa baku, ataukah lantunan puisi yang akan diciptakan.

Pada intinya tidak semua orang bisa menulis, hanya orang yang berusaha dan berlatih yang bisa menulis. Semoga catatan singkat ini bisa selalu mengingatkan penulis untuk terus mengupgrade diri.

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *