Pendahuluan merupakan bab yang penting dalam sebuah karya tulis ilmiah ataupun proposal. Pendahuluan mencakup latar belakang masalah, tujuan, dan dampak penelitian sehingga pada bab ini menampilkan kualitas dari isi karya tulis. Banyak pembaca ataupun reviewer kecewa hanya setelah membaca bab pendahuluan karena mereka tidak mendapatkan hal yang menarik untuk terus diikuti pada bab selanjutnya. Isi pendahuluan yang umum, dangkal, dan minim kreasi akan menyebabkan karya tulis terasa membosankan. Terlebih jika pendahuluan tersebut merupakan bagian dari proposal, kemungkinan besar proposal tersebut tidak akan lolos untuk dibiayai.
Setidaknya terdapat empat hal yang perlu ada di dalam sebuah pendahuluan apabila ingin dikatakan pendahuluan tersebut baik dan lengkap. Empat hal ini terletak di latar belakang masalah yang mengawali bab di sebuah karya tulis atau proposal.
Data dan fakta
Kemukakan hanya data dan fakta dalam bagian awal latar belakang. Jika proposal membahas tentang kemiskinan, maka tambahkan data tingkat kemiskinan yang dikeluarkan oleh pihak yang secara umum diterima dan berwenang mengeluarkan data tersebut, BPS misalnya. Atau jika proposal akan meneliti tentang lahan sawah, maka kemukakan data data lahan dari kementerian pertanian atau BPS.
Fakta dan data tersebut akan menguatkan kalimat utama setiap paragraf sehingga pembaca akan maklum dan tidak protes dengan pernyataan yang kita tawarkan. Tanpa ada data atau fakta, pembaca akan ragu apakah pernyataan tersebut benar atau tidak.
Contoh penggunaan data di latar belakang
“Konsumsi kedelai di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan data statistik indonesia (BPS, 2017), terjadi peningkatan setidaknya 2 persen setiap tahunnya. Peningkatan konsumsi ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk, perkembangan industri makanan, dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya protein (Nama, 2018). Namun, peningkatan konsumsi kedelai tersebut tidak diimbangi oleh peningkatan produksi. Produksi kedelai nasional hanya mencapai 200 ribu ton di tahun 2016. Padahal, konsumsi di tahun yang sama mencapai 400 ribu ton (BPS, 2017).”
Paragraf diatas merupakan contoh latar belakang yang menggunakan data, dan merujuk kepada instansi yang berwenang mengeluarkan data tersebut. Tentu paragraf diatas hanya contoh dan angka staatistik disana hanya rekaan saja. Penekanan pada contoh diatas adalah penggunaan data. Jadi pembaca akan mudah setuju dengan pernyataan penulis bahwa tingkat konsumsi kedelai lebih tinggi dibanding produksi karna penulis menyampaikan data yang relevan terhadap kalimat utama.
Tambahkan data di setiap paragraf jika kalimat utama merupakan pernyataan yang perlu dibuktikan. Jika kalimat utama merupakan kalimat yang tidak dapat dibuktikan dengan angka statistik, maka gunakan rujukan yang menguatkan pernyataan tersebut. Pada contoh diatas, penulis merujuk (nama, 2018) untuk menyatakan faktor kenaikan konsumsi kedelai. Jika penulis merujuk pada penelitian terdahulu yang sudah diuji, lalu bagaimana pembaca akan menolak pernyataan tersebut?
Bab pendahuluan memang bukanlah tempat berargumen. Simpan argumen tersebut didalam bab hasil dan pembahasan. Bab pendahuluan terutama di latar belakang adalah menampilkan data, fakta dan paparan masalah.
State of Art
Berbicara tentang paparan masalah di atas, maka kita sudah membahas point kedua yang wajib ada di latar belakang pendahuluan, yakni state of art. Data dan fakta yang ditampilkaan oleh penulis selanjutnya diramu dengan dua cara. Perbandingan dengan teori yang sudah ada, atau membandingkan dengan penelitian mutakhir yang menjelaskan fenomena tersebut.
Hal yang paling mudah adalah membandingkan dengan teori umum, misalnya hukum perrmintaan dan penawaran. Menurut hukum atau teori tersebut seharusnya begini, ternyata fakta yang terjadi justru sebaliknya.
Jika tidak ada teori yang dapat dihubungkan, maka gunakan literatur terkini yang seharusnya bisa menjelaskan fenomena latar belakang tersebut, tetapi kenyataannya berbeda. Pada proses ini, penulis berusaha ingin menunjukkan masih ada celah pada teori atau literatur yang ada dan belum bisa menjelaskan fenomena atau fakta yang sedang dikemukakan.
Sebagian berpendapat bahwa latar belakang sebenarnya merupakan gap antara kondisi ideal dan kondisi kenyataan yang selanjutnya penulis meyakinkan bahwa topik yang sedang diangkat layak untuk diteliti atau ditulis. Sebenarnya pendapat ini merupakan satu dari gaya state of art. Gap yang dimaksud sebenarnya tidak hanya antara kondisi ideal dan kenyataan, namun gap yang bisa ditampilkan dari dua kondisi. Teori vs fakta, kondisi dulu vs sekarang, negara maju vs berkembang, masyarakat modern vs primitif, dan lain sebagainya.
Jangan lupa, saat kita ingin membuat state of art ini, tetap menampilkan data dan fakta yang menguatkan setiap pernyataan.
Posisi penelitian
Untuk lebih meyakinkan bahwa ada celah yang belum bisa dijelaskan oleh teori dan literatur terkini, penulis selanjutnya berusaha mengemukakan posisi penelitiannnya.
Posisi penelitian ditunjukkan dengan merangkum berbagai penelitian yang sejenis ataau dengan topik yang sama. Kunci pada tahapan ini bahwa dari sekian penelitian terdahulu yang dilakukan, celah yang ingin dibuat oleh penulis memang belum pernah dikerjakan oleh penulis sebelumnya.
Pada tahap inilah nilai novelty sedang dikreasikan oleh penulis. Pembaca akan memperoleh gambaran kebaruan ide dan topik penulisan di tahap ini, masih di latar belakang yang ada di pendahuluan.
Contoh memunculkan posisi penelitian di latar belakang:
“Penelitian tentang penyelenggaraan piala dunia sudah dilakukan di berbagai tempat. Oosterbaan (2013), melakukan penelitian di Afrika sebagai penyelenggara Piala Dunia tahun 2010 menghasilkan bahwa event tersebut mempengaruhi tingkat pengangguran. Sharma (2017), melakukan penelitian terhadap pengaruh event piala dunia terhadap peningkatan tourism di negara pemenang piala dunia. Sedangkan Lucas, et al (2017) melakukan fokus penelitian terhadap emosi supporter sepakbola pada event piala dunia. Pengaruh event piala dunia terhadap kinerja buruh dan pegawai pelayanan publik masih sedikit ditemukan. … “
Pada contoh diatas penulis ingin meneliti tentang pengaruh event piala dunia terhadap kinerja buruh dan pegawai pelayanan publik yang disinyalir belum atau sedikit yang meneliti tentang ini.
Saat saya mahasiswa, saya meyakini bahwa jika berbeda tempat lokasi penelitian, maka itu termasuk kebaruan. Padahal jika dipikirkan lebih dalam lagi, itu belum tentu sebuah kebaruan jika lokasi yang kita kehendaki secara karakteristik tidak berbeda jauh dengan lokasi yang telah diteliti oleh mahasiswa sebelumnya. Sebenarnya ada beberapa trik yang bisa digunakan untuk memperoleh suatu novelty dari topik yang sama. Salah satunya adalah menggunakan sudut pandang yang berbeda daripada umumnya. Jika penelitian terdahulu terlalu fokus pada sudut pandang kuantitatif, maka pertimbangkanlah jika penelitian menggunakan metode yang berbeda.
Reason
Point terakhir yang menutup latar belakang di pendahuluan adalah reason atau alasan mengapa penelitian ini penting untuk dilakukan. Hal ini akan memperkuat bahwa posisi penelitian yang tadi sudah dimunculkan akan terlihat menjadi lebih penting. Mengungkap alasan tidak sama dengan mengungkapkan tujuan, manfaat, atau dampak. Ketiganya memilki pengertian yang berbeda yang insha allah akan dibahas pada artikel yang terpisah.
Contoh alasan mengapa penelitian penting dilakukan:
“Penelitian ini perlu dilakukan untuk meminimalisasi kerugian yang diakibatkan karena terganggunya jam kerja dan penurunan kinerja buruh dan produktivitas petugas pelayanan public”
Demikian empat hal yang harus ada di latar belakang masalah atau pendahuluan agar proposal atau karya tulis ilmiah yang kita kerjakan memiliki nilai yang baik. Keempat hal tersebut bisa disingkat dengan kata “DASAPORE” untuk lebih mudah mengingat. Jika satu dari keempat hal tersebut tidak tersedia, maka pendahuluan akan terasa tidak lengkap.
Bantu saya share artikel ini jika dirasa bermanfaat, dan silahkan berkomentar dibawah dengan komentar yang santun.
Terima kasih
Selamat Belajar!
Tinggalkan Balasan