Berbicara tentang usahatani maka biasanya langsung teringat dengan soekartawi, buku yang terkenal sebagai dasar pembelajaran mahasiswa tentang usahatani di dalam kelas. Menurut soekartawi usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari alokasi sumber daya yang dimiliki oleh petani agar berjalan secara efektif dan efisien dan memanfaatkan sumber daya tersebut agar memperoleh keuntungan setinggi – tingginya.
Dari pengertian tersebut dapat kita peroleh berbagai kata kunci seperti sumber daya, efektif dan efisien, keuntungan setinggi – tingginya. Pengertian ini mirip dengan prinsip ekonomi yang penggunaan sumber daya sekecil – kecil nya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar – besarnya. Meskipun prinsip tersbeut pada kenyataannya tidak tampak nyata, namun saat berbicara tentang efisien tentunya masih diperhitungkan dengan melihat rasio benefit yang dihasilkan.
Komponen dalam Usahatani
Apa perbedaan usahatani dengan kelayakan bisnis? Jika membicarakan keduanya, pembahasan tidak terlalu jauh dari keuntungan atau laba yang diperoleh. Hal yang mendasari perbedaan keduanya adalah ada dan tidaknya investasi dalam perhitungan analisisnya. Dalam kelayakan bisnis, biasanya investasi dituangkan dalam komponen modal yang bisa diwujudkan dalam bangunan, lahan, ataupun dana cair dalam bentuk hutang. Sedangkan usahatani tidak memperhitungkan tersebut. Tidak pernah ada dalam analisis usahatani mencantumkan biaya tetap seperti pembelian sawah. Biaya tersebut biasanya hanya diwakilkan dengan biaya sewa dengan jangka pendek (satu musim).
Jadi, bisa diprediksi pada analisis kelayakan biasanya mengalami kerugian pada beberapa tahun diawal karena belum mencukupi investasi tersebut. Dalam perhitungannya indikator yang digunakan pun berbeda. Kelayakan bisnis akan lebih menitik beratkan berapa keuntungan yang akan diperoleh dari penanaman investasi atau modal, karena sasaran dari kelayakan usahatani ini memang pemegang saham. Analisis kelayakan bisnis dipresentasikan di depan calon pemilik saham untuk mendapatkan investasi yang dimaksud. Indikatornya bisa berupa IRR, NPV, ROI dll.
Sedangkan usahatani membicarakan tentang aktivitas pelaku dalam hal ini petani apakah menguntungkan atau tidak. Keputusan menguntungkan atau tidak ini untuk menjawab apakah studi usahatani tersebut dapat diteruskan karena menguntungkan masyarakat atau malah sebaliknya. Indikator yang digunakan lebih sederhana meliputi RC ratio, BC ratio, MBCR dan lain – lain. biasanya indikator tersebut membandingkan nilai penerimaan terhadap biaya yang dikeluarkan.
Komponen usahatani terdiri dari Biaya dan penerimaan.
Biaya Usahatani
Biaya dihitung dari seluruh aktivitas budidaya pertanian seperti persemaian, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian hama penyakit, hingga panen. Biaya meliputi biaya tenaga kerja, biaya variabel dan biaya tetap. Biaya tetap lebih ditekankan kepada pembelian alat alat pertanian. Jika alat pertanian tersebut dapat digunakan beberapa musim tanam, maka dihitung penyusutan. Berapa penyusutan atau biaya ril dari alat tersebut yang dihabiskan untuk semusim. Banyak yang menggunakan asumsi linear terhadap biaya penyusutan ini.
Biaya variabel meliputi bahan bahan yang digunakan di setiap proses budidaya. Misalnya pupuk, benih, pestisida, insektisida, dll. Biasanya biaya ini tergantung pada luasan lahan. Semakin luas lahan yang dikelola maka akan semakin banyak biaya vaiabel yang digunakan. Namun pada umumnya dalam analisis usahatani diseragamkan luas lahan yaitu 1 hektar.
Biaya tenaga kerja biasanya dalam bentuk satuan Hari orang kerja (HOK). Perhitungan hok usahatani sudah dijelaskan dalam artikel yang lain dalam blog ini. Pada intinya, usahatani diasumsikan sebagai usaha atau bisnis yang berdiri sendiri dan terpisah dari bisnis keluarga yang lain. Sehingga perhitungannya tetap dilakukan meskipun menggunakan tenaga kerja keluarga atau bahan yang digunakan tidak membeli dari luar. Bahan yang tidak membeli dari luar tetap dihitung secara ekonomi dan dibebankan sebagai biaya usahatani.
Penerimaan Usahatani
Secara tersirat penerimaan merupakan hasil yang diterima petani sebagai imbalan proses usahatani. Tentunya pikiran utama adalah penerimaan adalah harga jual dikalikan produksi petani sebagai penerimaan utama. Namun, pertanian semakin berkembang menjadi sebuah suatu sistem yang terintegrasi dengan yang lain seperti adanya bioindustri yang menerapkan zero waste. Maka terkadang waste pertanian menjadi bernilai dan bisa menambah penerimaan.
Contohnya jerami padi sebagai pakan ternak. Meskipun penggunaannya untuk ternak keluarga. Tapi secara bisnis dan ekonomi, jerami yang digunakan untuk pakan ternak tersebut dihitung sebagai penerimaan dari usahatani padi. Contoh lain seperti pemanfaatan kotoran sapi sebagai pupuk kandang, atau biogass, dan lain – lain.
Jadi, komponen penerimaan tidak hanya penjualan produk utama dikalikan harga. Dalam penerapannya yang tentunya tergantung dari lokasi dan pengetahuan petani terhadap teknologi, penerimaan usahatani bisa terdiri dari dua atau tiga macam. Bahkan kemungkinan limbah atau penerimaan tambahan lebih tinggi dibandingkan penerimaan utama, seperti pada kasus ethanol, fermentasi produk, dll.
Kedua komponen tersebut selanjutnya akan dibandingkan menggunakan indikator – indikator usahatani yang insha allah akan dijelaskan pada artikel selanjutnya.
Terima Kasih, Selamat belajar.!