Petunjuk Teknis Budidaya Caberawit

Caberawit (Capsium frutescens) merupakan cabe dengan ukuran kecil, memiliki panjang sekitar 2-5 cm. Rasa cabe ini relatif lebih pedas dari cabe besar dan cabe merah keriting. Cabai rawit pun terdiri atas beberapa jenis, yaitu cabe rawit hijau-merah dan cabe rawit putih-merah. Cabe rawit hijau-merah adalah cabe rawit yang saat muda berwarna hijau dan saat masak berwarna merah. Cabe ini biasa dikonsumsi saat masih berwarna hijau dan banyak dijumpai dikonsumsi bersama dengan gorengan. Cabe rawit putih-merah adalah cabe rawit yang saat muda berwarna putih, kemudian berangsur berubah menjadi oranye, dan saat masak berwarna merah. Cabai rawit ini banyak digunakan saat sudah berwarna oranye atau merah dan digunakan sebagai bumbu untuk olahan masakan.

Cabe rawit bisa berbuah sepanjang tahun tanpa mengenal musim. Tanaman cabai rawit cukup tahan terhadap segala cuaca dan dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi maupun rendah. Kebanyakan jenis cabe rawit yang ditanam di Indonesia merupakan varietas lokal. Selain benih komersil, benih yang digunakan banyak yang diproduksi sendiri oleh para petani dari hasil panen sebelumnya.

Caberawit sempat menjadi pembicaraan masyarakat karena mengalami kenaikan harga hampir di seluruh wilayah Indonesia. Penyebab utama adalah rendahnya tingkat produksi yang disebabkan oleh cuaca yang tidak mendukung. Permintaan pasar yang cenderung tetap, namun produksi melimpah saat cuaca panas dengan air yang cukup dan turun drastis saat hujan terus menerus.

Budidaya caberawit

Caberawit akan menghasilkan produksi yang optimal jika dibudidayakan secara tepat, mulai dari pembibitan, pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan.

Pembibitan

Sebelum pembibitan dan persemaian, pemilihan varietas cabe harus disesuaikan dengan kondisi agroklimat lokasi budidaya. Benih untuk budidaya cabe bisa diperoleh dengan membeli di toko benih atau membenihkan sendiri. Menyeleksi sendiri benih untuk penanaman selanjutnya harus dilakukan dengan hati – hati. Tanaman yang dipilih adalah tanaman yang tumbuhnya prima dan sehat, serta manfaatkan buah cabe dari hasil panen ke-4 hingga ke-6. Buah pada periode panen tersebut biasanya memiliki biji yang optimal.

Kebutuhan benih untuk 100 m2 lahan budidaya cabe sekitar 140 bibit cabe atau setara dengan 1 g benih. Benih tersebut harus disemaikan terlebih dahulu untuk dijadikan bibit sebelum dipindah tanam ke lahan. Penyemaian budidaya cabe menggunakan poybag atau tray semai. Media semai terdiri dari campuran tanah, sekam dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1. Persemaian diletakkan dibawah naungan untuk menghindari terik matahari dan air hujan yang deras. Persemaian juga sebaiknya dilindungi dengan jaring pelindung hama dan serangga.

Benih cabe direndam air hangat selama kurang lebih 3 jam. Buang benih yang mengapung dan masukkan setiap biji cabe ke dalam polybag sedalam 0,5 cm dan tutup dengan kompos halus. Jangan lupa untuk menyirami pembibitan cabe setiap pagi dan sore. Benih cabe siap dipindahkan setelah berumur 4 minggu.

Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan dimulai bersamaan dengan pembibitan. Saat benih cabai siap tanam, lahan juga siap untuk digunakan. Pembuatan bedengan dengan lebar sekitar 1-1,2 m dengan panjang disesuaikan kondisi lahan. Jarak tanam tanaman cabe 50 cm x 40 cm, atau 60 cm x 50 cm, atau 50 cm x 70 cm. Setiap lubang dimasukkan pupuk kandang ayam atau sapi. Biarkan selama 3 hari dan bedengan siap untuk ditanami.

Gunakan mulsa plastik perak hitam untuk budidaya cabe intensif. Penggunaan mulsa plastik bertujuan untuk mempertahankan kelembapan, mengendalikan gulma dan menjaga kebersihan kebun.

mulsa plastik
penggunaan mulsa plastik

Penanaman

Pemindahan bibt cabe dilakukan setelah umur biibit sekitar 1 bulan atau bibit memiliki 3 – 4 helai daun permanen. Penanaman sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan sore hari untuk menghindari stress. Cara menanamnya adalah dengan membuka atau menyobek polybag semai. Kemudian masukkan bibit caberawit beserta media tanam ke dalam lubang tanam. Jaga agar media semai jangan sampai terpecah. Kemudian siram tanaman secukupnya untuk mempertahankan kelembaban. Jika persemaian dilakukan dengan tray, pindahkan dengan tanah yang menempel pada perakaran dan masukkan ke dalam lubang tanam.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman caberawit terdiri dari penyiraman, penyiangan, pemupukan, pengendalian hama penyakit. Penyiraman bisa dilakukan dengan menggunakan gembor. Penyiraman harus dilakukan dengan hati – hati disaat tanaman belum terlalu kuat. Penyulaman juga dilakukan dengan mengganti tanaman yang mati atau sakit paling lambat 1 – 2 minggu setelah tanam. Pengendalian gulma dilakukan bersamaan dengan penggemburan tanah dan pemberian pupuk susulan. Pupuk susulan pertama setelah tanaman berumur 15 hari setelah tanam, pupuk kedua dan ketiga setelah tanaman berumur 30 hst dan 40 hst. Pupuk yang digunakan bisa berupa pupuk cair organik dengan takaran 10 ml/1liter air. Jika ada tanaman terserang hama dan penyakit, segera tanggulangi secara mekanis (dicabut) atau disemprot dengan pestisida sesuai dosis yang dianjurkan.

caberawit
caberawit menunggu panen

Pemanenan

Caberawit mulai bisa dipanen setelah berumur 75 – 85 hari setelah tanam. proses pemanenan dilakukan beberapa kali, tergantung dengan jenis, varietas, tehnik budidaya, dan kondisi lahan. Pemanenan bisa dilakukan dengan interval 3 – 7 hari, disesuaikan dengan kondisi kematangan buah.

budidaya caberawit
memetik caberawit

Budidaya Cabe dalam Pot/Polybag

Budidaya caberawit dapat juga dilakukan dengan menggunakan pot ataupun polybag. Tanaman cabe yang ditanam di dalam pot/polybag dapat diletakkan di pekarangan, di tingkat atas, ataupun di sisa – sisa lahan yang masih ada. Hal yang sangat diperhatikan dalam budidaya cabe dalam pot adalah kecukupan sinar matahari.

Gunakan pot/polybag yang berukuran lebih dari 35 cm, agar media tanam cukup untuk menopang pertumbuhan tanaman cabe. Beberapa kombinasi media tanam dapat digunakan seperti : campuran tanah dengan kompos 2:1, campuran tanah dan pupuk kandang 2:1, atau campuran tanah, pupuk kandang, dan arang sekam dengan perbandingan 1:1:1. Bagian dasar pot dilapisi sabut kelapa, pecahan genteng atau kerikil untuk membantu aerasi pada media bagian bawah. Campurkan sekitar 3 sendok pupuk NPK dalam setiap plobag sebagai pupuk dasar. Aduk hingga campuran tersebut merata.

Pemeliharaan budidaya cabe dalam pot tidak berbeda dengan budidaya cabe dengan lahan. Penyiraman dilakukan secara rutin setiap hari. Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati. Pemupukan  cabe dalam pot bisa dilakukan dengna memberikan satu sendok makan NPK 16:16:16 per polybag setiap bulannya. Saat memasuki fase generatif yang ditandai dengan munculnya bunga, selain pupuk NPK dapat ditambahkan pupuk cair organik.

Berikut merupakan cuplikan singkat tentang budidaya caberawit dan testimoni petani dan pejabat setempat dalam penggunaan beberapa teknologi budidaya caberawit.

1 thought on “Petunjuk Teknis Budidaya Caberawit

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *