Pahami etika dalam online education

Pada masa pandemi covid-19, online education menjadi trending. Hampir semua siswa mengenal aplikasi meeting secara online, malahan sekolah hampir mewajibkan adanya kegiatan online education ini. Dilihat dari makna bahasanya, online education berarti proses pendidikan yang dilakukan secara daring, yakni tanpa adanya interaksi fisik bertemu tatap muka. Ini merupakan ciri online education yang bersifat umum.

Meskipun online education berkembang pesat sejak adanya isu yang membatasi pergerakan masyarakat, sebagai pelajar yang terdidik seharusnya kita tetap memahami etika dalam menuntut ilmu. Saya pernah meladeni beberapa anak remaja yang baru menjadi mahasiswa dalam percakapan via aplikasi. Alih-alih meminta dengan santun materi pembelajaran atau menanyakan hal dengan jelas, mereka malah memperlakukan lawan bicara seperti rekan sendiri. Sebagai pendidik, tentu kita harus mengerti bahwa ini adalah tuntutan perkembangan zaman. Namun, sebagai pendidik juga kita jangan bosan untuk mengingatkan siapa kita dan bagaimana sopan dan etikanya leluhur kita bahkan terhadap penjajah sekalipun.

Syarat menuntut ilmu dalam online education

Ilmu dunia termasuk didalamnya metodologi penelitian, data analyst, time series, regression, production planning, kesemuanya itu membutuhkan syarat yang cukup bagi pelajar atau orang yang mau menekuninya. Setidaknya terdapat enam syarat ornag yang menuntut ilmu sebagai jaminan penguasaan ilmu. Pada kali ini saya mencoba untuk menghubungkannya pada proses online education.

1. Kecerdasan

Kecerdasan merupakan syarat utama untuk dapat memahami ilmu yang sedang ditransfer dari guru ke murid. Kecerdasan dapat diartikan juga memiliki basic pengetahuan yang menjadi syarat untuk menekuni suatu ilmu. Kita bisa melihat bahwa syarat mendaftar menjadi sarjana adalah lulus SMU atau sederajad. Persyaratan ini sebagai bentuk ukuran kecerdasan seseorang yang dipandang mampu untuk mengikuti perkuliahan selama menjadi mahasiswa.

Hal yang harus dipahami bagi kita sebagai murid (orang yang menuntut ilmu) apakah kita cukup cerdas dalam memahami materi yang akan diberikan? Bisa saja kita memang pakar dalam satu hal, tapi untuk ilmu tertentu ada orang yang lebih ahli dari kita. Ada pepatah lama yang sering terdengar jika ingin mengisi air, maka kosongkanlah gelasmu terlebih dahulu.

Pada zaman online education seperti sekarang, kecerdasan dalam mengoperasionalkan device seperti laptop dan handphone untuk menghidupkan software meeting adalah sebuah keharusan. Kecerdasan lainnya seperti mampu merecord materi, screenshot, atau melakukan share screen juga kemampuan minimal yang harus dimiliki bagi siswa yang melakukan online education.

2. Ketekunan

Jangan pernah merasa bisa hanya karna anda membaca bab pendahuluan atau kata pengantar dari sebuah buku. Terkadang pada kata pengantar memang dibuat mudah dipahami dengan cara menjelaskan secara umum. Padahal, jika berbicara lebih detil bab per bab didalamnya, mungkin akan menemukan istilah atau model yang cukup membuat kita bosan atau ingin segera menghentikan pembelajaran.

Inilah pentingnya ketekunan. Tekun artinya bersungguh-sungguh. Kesungguhan kita untuk mampu memahami ilmu yang sedang diberikan akan mencegah terjadinya miss informasi atau kesimpangan ilmu. Banyak sekali orang yang hanya mengerti kulitnya namun merasa sudah mengetahui segalanya. Itulah sebab adanya pepatah tong kosong nyaring bunyinya.

Ilmu sangatlah luas. Semakin kita mengetahui sebuah ilmu maka pada saat itu kita semakin paham bahwa kita terlalu kecil dan perlu banyak belajar. Bahkan jika umur kita semuanya digunakan untuk mencari ilmu, tidaklah cukup. Itulah sebabnya manusia mengambil spesialis, artinya hanya ahli dibidang tertentu. Itupun belum sepenuhnya bisa memahami apa yang telah menjadi kepakarannya. Orang yang tekun akan konsisten dengan apa yang dia pilih termasuk mempelajari kepakaran.

Ketekunan pada onlien education sangat diperlukan. Terutama karena pada online education kegiatan utama adalah mendengarkan dan melihat layar laptop atau handphone. Praktis tidak ada kegiatan praktek seperti pertemuan tatap muka. Tantangan terberatnya saat melakukan pembelajaran online adalah tidak membuka website dan aplikasi lain, sehingga terlihat pura-pura mendengarkan padahal sedang asik mendengrakan music atau menonton drama korea.

3. Kesabaran

Karena ilmu sangatlah luas, maka kesabaran akan menjadi kunci keberhasilan. Sabar berarti menahan diri untuk tidak melakukan perlakuan diluar peraturan. Terkadang sebuah pendidikan bertujuan untuk mengajarkan kita kesabaran ketimbang materi hapalan atau teori yang bisa dibaca kapan saja. Contoh: pada hakekatnya pendidikan sarjana adalah melatih mental mahasiswa untuk bisa aktif mencari solusi, berani mengemukakan pendapat, dan mampu mengendalikan resiko. Tak heran jika lulusan sarjana minimal akan menjadi penyelia yang memiliki setidaknya satu atau dua bawahan. Keterampilan tersebut ternyata tidak diajarkan langsung di dalam kelas, melainkan diperoleh dari pengalaman dia aktif selama praktikum, menyelesaikan tugas, berinteraksi dalam organisasi bersama mahasiswa lainnya.

Kesemuanya itu tentu membutuhkan kesabaran. Jika pendidikan hanya mengejar nilai untuk lulus, maka cukuplah mahasiswa diberi buku kemudian seminggu kemudian dilakukan ujian. Pada kenyataannya, seorang mahasiswa magister harus mengorganisasikan tesisnya secara mandiri, menghubungi dosen dan melakukan pemenuhan administrasi dengan melibatkan beberapa pihak. Dalam prosesnya tidak jarang terjadi perbedaan pendapat antara mahasiswa dengan dosen terkait arah penelitiannya. Hanya mahasiswa yang mampu bersabar yang akan bertahan dalam kondisi tersebut. Sabar bukan berarti tidak melakukan apa-apa, melainkan mampu menahan diri untuk tetap dalam jalur kelulusannya.

Kesabaran dalam kaitannya online education tidak jauh berbeda dengan pendidikan tatap muka. Ketika kita mendapatkan pembelajaran secara online, nyaris kita tidak mengenal siapa dosen yang mengajar karena hanya bertemu selama pembelajaran. Berbeda dengan pendidikan tatap muka yang terkadang bertemu secara tidak sengaja atau berdiskusi sebelum pelajaran dimulai. Informasi yang minim tentang karakter pengajar menjadikan siswa tidak bisa seenaknya bersikap.

4. Biaya

Menuntut ilmu pasti membutuhkan biaya. Pertama biaya waktu atau opportunity dari penghasilan yang diterima jika siswa adalah pekerja. Kedua, biaya secara langsung seperti biaya semester, biaya workshop, pendaftaran online. Ketiga biaya tidak langsung seperti laptop dan jaringan sinyal yang kuat.

Menuntut ilmu merupakan proses mengupgrade diri untuk mengetahui sesuatu yang baru. Tingginya biaya bukan berarti memperbolehkan siswa untuk menuntut guru mentransfer ilmu dengan cepat. Hal ini justru akan menghalangi proses terjadinya transfer ilmu pengetahuan. Bagaimanapun sang guru telah memiliki standar dalam penyampaian dengan tahapan yang harus dilalui oleh siswanya.

Tingginya biaya mencari ilmu seharusnya disadari bahwa ilmu yang akan diperoleh harus setara dengan biaya yang telah dikeluarkan. Tuntutan yang diberikan bukan kepada guru, melainkan kepada diri sendiri sebagai siswa. Hal ini akan menggerakkan siswa untuk lebih tekun dan sabar karena keinginan yang kuat untuk memahami materi yang diajarkan.

Meskipun saat ini marak online webinar yang gratis, tentu bukan menjadi alasan kita untuk melakukan webinar secara paralel. Dengan dalih bisa memahami secara umum pada akhirnya kita tidak akan memperoleh apa-apa melainkan screenshot yang hanya dipamerkan di media sosial. Biaya yang sangat mahal dikeluarkan saat itu adalah waktu. Waktu enjadi tidak efisien dengan pemahaman materi yang minim.

5. Bimbingan guru

Meskipun belajar online biasa dilakukan sendiri, tapi pada hakekatnya ada proses bimbingan guru. Misalnya sang murid hanya membaca artikel dalam sebuah blog kemudian mengklaim dirinya bisa memahami materi tersebut dengan sendirinya. Sebenarnya guru memberikan andil yang sangat besar dengan menuliskan artikel yang mudah dipahami. Guru membimbingg muridnya dengan tahapan yang jelas sehingga siswa tidak perlu menghubinginya atas materi yang masih membingungkan.

Jadi, bentuk bimbingan berubah seiring dengan perkembangan zaman. Dahulu mungkin saja pemahaman bimbingan adalah selalu bertemu guru, menuruti perintah guru. Meskipun tidak pernah melihat wajah orang yang menulis buku yang sedang dibacanya, sebenarnya antar murid dan guru sedang melakukan proses komunikasi melalui buku.

Hal ini perlu dipahami bahwa hakekatnya siswa tetap memerlukan bimbingan guru sehingga siswa tetap menghargai gurunya, tidak melihat zaman dahulu hingga sekarang, melalui online ataupun tidak. Jika ini disadari sepenuhnya bagi pencari ilmu, maka siswa akan lebih menghormati dalam bertuturkata dan berkomunikasi selama proses belajar berlangsung.

6. Waktu yang lama

Saya teringat akan iklan hanya butuh 6 bulan untuk lancar bahasa inggris. Mungkin itu strategi iklan karena materi akan diajarkan selama 6 bulan, sedangkan siswa akan terus belajar sampai bertahun-tahun untuk mengenal ribuan kosakata yang baru. Mencari ilmu akan membutuhkan waktu yang merupakan biaya paling mahal seperti yang telah dijelaskan di sub bab sebelumnya.

Berapa lama anda benar-benar bisa membaca dan menulis? Berapa lama anda benar-benar bisa merangkai kata menjadi kalimat paragraf dan cerita? Semua proses pendidikan dasar, menengah dan atas saling terkait sebagai pengetahuan dasar. Kemudian anda mengikuti pelatihan menulis selama sebulan dan akhirnya anda mengklaim hanya sebulan saya bisa menulis? Berarti anda tidak paham tentang pembentukan anda sendiri. Satu bulan dalam pelatihan hanyalah memberikan kiat atau cara penulisan, sedangkan bertahun-tahun anda sebelumnya telah belajar tentang menulis, pengenalan kata dan pemahaman pembentukan kalimat.

Etika dalam online education

Pemahaman tentang syarat mencari ilmu akan mempengaruhi etika siswa dalam mencari ilmu. Sebenarnya tidak melihat apakah ilmu itu diajarkan secara online atau tidak, siswa harus menyadari bahwa posisinya adalah sebagai penerima, dan etika akan mempengaruhi penyerapan ilmu yang diharapkan. Bagaimana ilmu bisa terserap sempurna jika ada perasaan remeh terhadap gurunya? Bagaimana dia akan memahami materi gurunya jika sudah merasa lebih pintar dari gurunya? Dan bagiamana dia bisa lulus jika merendahkan gurunya?

Kita sama sama belajar untuk menjadi murid yang baik karena pada dasarnya mencari ilmu tidak akan pernah usai sampai tua nanti. Bisa saja kita berguru kepada orang yang lebih muda karna dia ternyata lebih memahami ilmunya. Pada saat itulah sang guru menghormati muridnya karena lebih tua, dan sang murid akan menghormati gurunya karena lebih berilmu. Hubungan yang sangat harmonis bukan?

Selamat belajar!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *