Akhir – akhir ini marak dengan istilah kaum milenial, dimana orang yang lahir pada tahun 80 hingga 90an. Dalam dunia pertanian sendiri, berkali kali diterpa isu bahwa Indonesia kekurangan tenaga kerja akibat para pemuda kurang tertarik bergerak di bidang pertanian.
Presiden pada periode keduanya, mendengungkan permasalahan tenaga kerja dan peningkatan SDM di Indonesia. Program yang dicanangkan pun tidak jauh berbeda dari pengelolaan peningkatan SDM tersebut termasuk kartu pra kerja dan integrasi kampus – dunia kerja.
Namun, masih sedikit peneliti atau instansi yang merilis bagaimana kondisi tenaga kerja saat ini secara kualitas dan aspek lainnya. Data yang muncul oleh Badan Pusat Statistik berkisar antara kuantitas tenaga lelaki perempuan, umur, tamatan sekolah dan lain – lain. Lalu bagaimana kita bisa menghitung dan menilai perkembangan kualita stenaga kerja? Mungkin bisa dirasakan dengan melihat perkembangan teknologi yang digunakan. Karena beda teknologi, beda pula pemakai dan pengguna serta beda pengetahuan dasar yang harus dimiliki untuk menguasai teknologi tersebut.
Hal itu lah yang mendasari penulisan prosiding tentang perhitungan indeks Sumber daya manusia di bidang pertanian dengan judul “Peran Kaum Milenial sebagai atribut pengungkit indeks SDM Pertanian”. Hal yang cukup mengejutkan adalah bahwa pertanian yang maju dari beberapa provinsi di tanah air, ternyata mereka yang memiliki jumlah petani milenial yang cukup banyak dibandingkan provinsi yang cukup tertinggal. Hal ini memberikan sedikit sanggahan bahwa tidak sepenuhnya benar jika generasi muda tidak berniat di bidang pertanian.
Tulisan ini menggunakan data sekunder BPS, yakni hasil survey pertanian antar sensus (SUTAS) tahun 2018. Data diolah dengan menggunakan Multidimensional scaling dengan memasukkan empat aspek yakni aspek kuantitas, kualitas, manajemen, dan penguasaan lahan. Sekitar 40 variabel yang dihimpun dalam SUTAS tersebut.
Hasil yang cukup menarik selanjutnya adalah bahwa penderasan teknologi pertanian baiknya menyasar kepada pengguna laki laki. Karena laki laki lebih focus terhadap permasalahan dan “to the point” terhadap jawaban yang jendak dicarinya. Oleh sebab itu, konten pertanian sebaiknya singkat namun menjawab permasalahan pertanian di lapangan.
Masih banyak hasil lainnya yang belum dicantumkan di artikel ini, termasuk peringkat masing masing provinsi di Indonesia dalam hal Sumber daya manusia di bidang pertanian di Indonesia. Silahkan membaca artikel prosiding lengkap itu di bawah ini:
Sitasi:
Santoso, AB. 2019. Peran Kaum Milenial Sebagai Atribut Pengungkit Indeks SDM Pertanian. Prosiding Nasional: Pengembangan SDM Indonesia Untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Digital, Bogor: 23-24 Oktober 2019. Hal 197 – 204.