Sebagian penulis tentu masih ingat dengan gaya atau format rujukan di sebuah Daftar Pustaka. Biasa dulu disingkat dengan NATAJEKOPE (Nama, Tahun, Judul, Kota, dan Penerbit) untuk buku. Sedangkan jurnal dan bahan bacaan internet akan berbeda lagi.
Format – format tersebut ternyata tidak seragam dari jurnal satu ke jurnal lainnya. Ada yang menggunakan huruf miring, ada yang hanya diberi nomor seperti catatan kaki, ada juga yang sedikit menjorok kekanan atau malah rata kiri.
Kebayang kan repotnya mengumpulkan daftar pustaka secara manual? Pertama, kita harus mengetahui secara pas bagian mana yang akan kita sitasi, kemudian ditulis manual di bagian akhir. Resiko yang terjadi adalah bisa saja nama penulis di bahan bacaan (bab isi atau bab lainnya) ternyata tidak sama dengan nama penulis di daftar pustaka. Yang paling sering terjadi adalah justru nama tersebut tidak tercantum di daftar pustaka tapi muncul di bagian isi.
Repotnya lagi, jika ternyata format yang kita gunakan tidak sesuai dengan gaya selingkung jurnal yang akan kita tuju. Semua dirombak dari awal. Semua akan masih mudah jika kita masih menyimpan file rujukan tersebut, jika kita sudah melupakannya (karena proses peer review membutuhkan waktu yang lama), maka bersiaplah untuk berjuang mengumpulkannya lagi.
Ternyata proses manual itu tidak hanya menyulitkan penulis. Orang yang mereview naskah jurnal pun merasa kerepotan dan bisa salah dalam memeriksa sitasi di daftar pustaka. Bayangkan saat pereview menemukan nama dan tahun di bab isi, otomatis dia akan melompat di daftar pustaka untuk memeriksa apakah sudah lengkap ditulis ataukah belum. Jika ada, maka ditandai sebagai rujukan yang sudah digunakan. Apabila pereview menemukan nama yang sama dengan tahun yang berbeda, itu satu hal yang membutuhkan kejelian sendiri karena berdasarkan pengalaman sering kali salah menandai yang akhirnya berujung dengan coretan :
“Daftar Pustakanya mana?”
Untuk menghindari tersebut, sekarang sudah ada software khusus untuk mengatur daftar pustaka. Ketika penulis mencantumkan nama pengarang yang di sitasinya di bagian isi, maka otomatis daftar pustaka akan bertambah. Tidak perlu memikirkan formatnya, karena sudah tersedia bermacam format standar internasional dan nasional. Tidak hanya itu, penulis juga bisa mencari daftar pustaka di dalam software tersebut, sama seperti mencari jurnal di scholar google.
Nama software tersbeut adalah mendeley. Sebenarnya mendeley bukan satu satunya software pengelola daftar pustaka, ada Zotero dan EndNote. Setidaknya dua nama itu yang pernah saya dengar untuk mencari literatur dan mengorganisasikannya.
Aplikasi mendeley membantu penulis untuk tidak memikirkan hal yang bersifat administratif sehingga bisa fokus dengan ide yang dituangkan dalam tulisannya. Kali ini saya menyimpan sebuah video tentang cara membuat akun dari mendeley. Karena meskipun sepele dan mudah, ternyata banyak juga yang bingung dengan cara membuat akun sehingga tidak bisa menggunakannya.
Sebagai catatan, percobaan ini saya lakukan di akhir tahun 2018. Jadi apabila saat ini sudah berbeda tampilannya, maka tentunya perlu update lagi dan sepertinya artikel ini tidak sempat di update mengikuti perkembangan dari mendeley itu sendiri.
Kali lain saya akan menjelaskan tentang penggunaan mendeley.
Terima kasih, Selamat Belajar