Budidaya tanaman porang yang berpeluang ekspor

Salah satu komoditas yang sedang terkenal dalam hal ekspor adalah porang. Tanaman yang banyak tersebar luas di Sumatera, jawa, bali, madura, nusa tenggara barat, nusa tenggara timur, dan sulawesi. Tanaman ini menghasilkan umbi yang ternyata bernilai ekonomi bahkan di ekspor dengan  nilai yang fantastis. Fenomena porang ini adalah budidaya dengan daya tarik dari sisi permintaan atau marketing. Tanaman porang yang diyakini sebagai tanaman hutan tiba tiba ramai dibudidayakan karena adanya permintaan di luar negeri, meskipun belum banyak yang bisa mengkonsumsi di dalam negeri. PORANG sebagai salah satu bahan dasar pembuatan obat-obatan, kosmetik, bahan campuran kertas dan bahan baku pembuatan lem (perekat).

Porang (amorphophallus muelleri) memiliki dua siklus hidup dan masa dorman. Siklus hidup tanaman porang terdiri dari siklus vegetatif dan siklus generatif. Siklus hidup vegetatif ditandai pertumbuhan batang dan daun dari umbi, siklus hidup generatif ditandai keluarnya bunga dari umbinya. Untuk lebih jelas waktu yang dibutuhkan dalam siklus tersebut, berikut gambar tabel siklus porang.

Syarat tumbuh porang

Ternyata porang tidak membutuhkan syarat yang sulit untuk menghasilkan produksi yang baik. Porang dapat tumbuh pada jenis tanah apa saja pada dataran rendah hingga >1000 m dpl. Kemudian suhu atau cuaca sekitar 25 – 35 derajad celcius, kemudian curah hujan 300 – 500 mm perbulan dengan tingkat naungan ideal 40% – 60%.  Hal yang perlu diperhatikan adalah jumlah naungan tanaman porang. Jika naungan porang lebih dari 70 %, maka akan berpotensi terkena etiolasi. Etiolasi adalah peristiwa pertumbuhan tidak normal dimana tanaman tumbuh di tempat gelap tanpa adanya sinar Matahari.

Persiapan lahan

Lahan yang digunakan tidak berbeda banyak untuk tanaman yang lain. Tanaman cukup bahan organik dan syarat yang perlu diperhatikan adalah lahan tidak tergenang air. Tanah gembur dan pengolahan lahan yang dilakukan hanya pembuatan bedengan atau pun tidak, dengan olah tanah yang ringan. Jika diperlukan pada lahan terbuka, olah tanah sempurna dapat dilakukan. Umumnya tanaman porang dilakukan pada akhir musim kemarau sebelum masuk musim hujan. Hal ini dilakukan karena tanaman porang biasanay mengandalkan musim hujan.

Jarak tanam yang digunakan bergantung kepada bahan tanam dan ukuran umbi. Jika bahan tanam menggunakan katak, ukuran jarak tanam biasanya 25 cm x 25 cm. Katak porang adalah buah yang tumbuh di antara batang tanaman porang. Jika menggunakan umbi yang berumur satu tahun maka jarak tanam 40 x 50 cm, sedangkan umbi dengan umur dua tahun adalah 50 x 80 cm.

Pemeliharaan porang

Pemupukan dilakukan saat olah tanah dengan pupuk organik. Sedangkan pupuk anorganik dilakukan saat tanaman berumur 1 bulan dan 3 bulan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk makro (seperti pupuk NPK). Adapun kebutuhan pupuk sebaiknya berdasarkan analisis tanah, atau berkisar 200 – 400 kg / hektar. Sedangkan pupuk anorganik berkisar 300 kg/ha sampai dengan 5 ton perhektar.

tanaman porang

Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan cara disiang, sebulan setelah umbi porang ditanam. Penggunaan herbisida dihindari karena akan mengganggu pertumbuhan tanaman porang. Tanah indonesia dengan iklim dan sumberdaya lahan yang baik, sudah sangat cocok dengan tumbuhnya tanaman porang ini. Bahkan banyak yang beranggapan tanaman ini adalah tanaman hutan yang tidak perlu banyak perawatan. Hal yang pelru diperhatikan adalah kelembapan tanah. Patogen dapat  berkembang baik pada kondisi kelembaban tinggi. Tanaman yang ditanam dengan drainase kurang baik lebih rentan terhadap infeksi patogen. Patogen yang menginfeksi tanaman dewasa menyebabkan umbi membusuk.

Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah patogen tersbeut adalah melakukan pembersihan lahan secara rutin, memilih bahan tanam yang bebas penyakit, mengatur jarak tanam tidak terlalu rapat untuk mengurangti kelembapan, membuat drainase, dan mengaplikasikan jamur antagonis.

Panen dan penyimpanan

Panen sebaiknya dilakukan 6- 8 minggu setelah batang roboh agar akar sudah putus dari umbi, kadar air umbi sudah turun sehingga rendemen jadi tinggi dan proses panen mudah. Umbi yang kecil/belum layak jual ditanam kembali. Bobot ideal umbi yang dihasilkan adalah ± 2 kg/umbi. Panen dilakukan sekaligus olah lahan. Hal yang perlu diperhatikan pada penyimpanan atau pasca panen adalah hindari menumpuk umbi untuk meminimalkan busuk umbi.

Setelah kering, umbi dipotong potong setebal 0.3 – 0.5 cm, kemudian dijemur dibawah sinar matahari.

terima kasih
note: tulisan ini adalah resume dari workshop budidaya porang yang disampaikan peneliti balitkabi.

Comments

Satu tanggapan untuk “Budidaya tanaman porang yang berpeluang ekspor”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *