Meraup Keuntungan Bawang Merah di Musim Hujan

Bawang merah dan cabai merupakan produk hortikultura yang sering disoroti. Keduanya merupakan bahan pokok kebutuhan dapur sebagai tokoh utama pembuat bumbu. Apalagi Bawang merah, hampir semua masakan ala rumahan membutuhkan bawang merah agar masakan terasa gurih dan sedap.

Namun, sedapnya bumbu bawang merah tidak sesedap harganya terutama saat musim hujan. Harga bawang merah melonjak tinggi akibat pasokan produksi yang sering turun pada musim tersebut.

Jika diamati lebih seksama, kondisi curah hujan yang tinggi memang bukan waktu yang ideal untuk membudidayakan bawang merah. Bawang merah merupakan tanaman yang perlu perhatian khusus. Beberapa petani melakukan treatment menyiram kembali bawang merah apabila terkena hujan. Hal ini dilakukan agar daun tidak terbakar (kering pada ujung) ketika hujan berhenti dan tersinar matahari terik.

Tidak hanya itu, bawang merah mudah sekali membusuk apabila terkena curah hujan terus menerus. Belum lagi penyakit layu yang sering sekali membuat produksi menjadi gagal hingga tidak ada panen yang seharusnya dirasakan selama 40 hari setelah penanaman.

Permasalahan teknis inilah yang menjadi alasan utama mengapa stok bawang merah sangat menurun di musim hujan. Namun jika dilihat dari sisi yang lain, tingginya harga diluar musim ini menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi petani lainnya. Sebagian petani menganggap masa panen yang sebenarnya adalah saat harga melambung tinggi (dilihat dari sisi produsen), karena pendapatan mereka menjadi berlipat ganda.

Beberapa strategi pun dilakukan petani untuk mempertahankan tingginya produksi sayuran di luar musim. Salah satunya adalah membuat naungan transparan di setiap bedengan. Naungan mirip dengan rumah kaca dengan skala kecil yang berfungsi untuk menghindari tanaman dari serangan air hujan dan menaikkan suhu pada bedengan sehingga pertumbuhan tanaman dapat tetap optimal.

naungan bawang merah
salah satu model naungan selama musim hujan (satu naungan untuk dua bedengan)

Beberapa petani kreatif memanfaatkan bambu sebagai tiang dan rotan sebagai penyangga plastik transparan sebagai atap. Plastik transparan yang digunakan pun beberapa diantaranya adalah plastik yang dijual di tolo bangunan yang sering digunakan sebagai alas meja makan di rumah tangga. Namun, sebaiknya pilih plastik yang elastis agar lebih tahan terhadap panas terik matahari. Plastik yang kaku akan cepat robek dan rusak saat terkena matahari terus menerus.

Bahkan sebagian petani bersedia menyisihkan sebagian pendapatannya untuk memberi modal terhadap pembangunan rumah kaca mini ini. Pembelian kayu balok yang berukuran 7 cm dengan jumlah sekitar 10 kubik, mampu menaungi skitar 400 m2 luas areal kebun disekitar pekarangan.

Pembuatan naungan ini dapat digunakan untuk 3 sampai 4 kali tanam dan dikhususkan untuk musim penghujan guna menghindari gagal panen.

Selain naungan, aliran air di sekitar kebun juga harus lancar dan tidak menggenangi tanaman. Tanaman yang tergenang oleh air hujan tentu akan membusuk karena keracunan. Sehingga pastikan potensi bahaya dari bawah selain mementingkan bahaya air hujan dari atas agar investasi yang dilakukan tidak terbuang dengan percuma.

naungan yang siap ditutup dengan plastik.

Jika petani mampu mengurangi dampak perubahan cuaca dan iklim atau biasa disebut dengan mitigasi, maka tidak mustahil petani akan meraup keuntungan disaat harga melambung tinggi.

Terima Kasih.

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *