Menulis karya tulis ilmiah memang tidak mudah. Perlu beberapa panduan yang bisa kita ikuti agar terbiasa melakukannya dan strategi menulis artikel jurnal. Mulai dari mencari ide dan topik, kemudian menjabarkan permasalahan, dan membuat kerangka tulisan hingga mencari literatur dan mengolah datanya. Kesemua tahapan tersebut memerlukan proses yang tidak mustahil terdapat beberapa hambatan di setiap tahap yang akan dilalui.
Karya tulis sendiri terbagi dari beberapa kelompok seperti: artikel jurnal, buku, artikel ilmiah populer, laporan penelitian, skripsi, tesis.
Berikut adalah tips yang bisa dilakukan untuk membantu menulis sebuah karya tulis ilmiah yang ditujukan ke jurnal (artkel jurnal):
Time management
Masalah yang sering dihadapi peneliti atau mahasiswa adalah terlalu memberi fokus kepada proses perancangan dan pencarian data. Sebagian beranggapan bahwa proses pencarian data merupakan proses yang tersulit dari proses penelitian karena biasanya harus terjun ke lapangan dan mencari responden untuk penelitian primer.
Proses penulisan laporan dan menulis karya tulis ilmiah seharusnya diberi prioritas lebih karena pada tahap ini, peneliti mensintesis hasil penelitian untuk bisa mendeliver gagasan atau temuannya untuk pembaca tertarget. Jika peneliti gagal menulis hasil penelitiannya, maka hasil penelitian tersebut hanya akan tersimpan di dalam lemari sebagai arsip dari kegiatan manajemen kantor.
Waktu yang efektif untuk menulis di setiap orang berbeda-beda. Sebagian orang merasa menulis di pagi hari lebih lancar dibandingkan sore hari karena pikiran sedang fresh. Sebagian lagi berpendapat sebaliknya karena pada malam hari semua aktivitas rutin sudah selesai dikerjakan. Tidak ada waktu yang baku meskipun sebagian penelitian mengatakan ada waktu tertentu bisa digunakan secara efektif untuk menulis. Hal yang pertama dilakukan untuk memulai menulis adalah membiasakan diri untuk menulis seperti yang sudah saya jelaskan dalam artikel: https://agungbudisantoso.com/2017/09/12/latihan-menulis-karya-ilmiah/
Mengacu pada beberapa model karya tulis ilmiah
Bukan hal yang tabu jika kita meniru gaya atau model dari sebuah artikel jurnal yang ditulis oleh peneliti atau dosen. Model dan sistematis dalam format tulisan bisa kita ikuti sebagai pemula dalam membuat artikel dalam jurnal. tingkat ketergantungan tersebut lambat laun akan berkurang seiring dengan jam terbang yang dimiliki. Bahkan terkadang peneliti sudah percaya diri membuat suatu alur yang berbeda dan akan menemukan gaya penulisannya sendiri.
Model penulisan sendiri jika dilihat dari pendekatan metodologi penelitiannya akan terlihat berbeda. Penulisan artikel jurnal yang didasari oleh metode kuantitatif akan terlihat kaku dan memiliki pola yang lebih “lurus” karena biasanya pembahasannya didominasi oleh pembahasan output hasil analisa. Sedangkan artikel jurnal qualitatif lebih bervariasi dan berkembang karena pendekatan yang dilakukan adalah mengumpulkan informasi sebanyak banyaknya untuk pengambilan meaning dari sebuah fenomena atau studi kasus yang sedang diteliti. Jika ibarat tubuh, kuantitatif adalah kerangka dari sebuah tulisan. Sedangkan kemampuan kualitatif, kemampuan menarasikan sebuah kasus, merupakan isi dari artikel sebuah jurnal. kombinasi keduanya akan sangat menjadikan artikel semakin menarik.
Meminta saran kepada senior
Sebagai pemula dalam mendalami dunia penelitian, tentu tidak ada salahnya meminta saran kepada senior tentang langkah penulisan atau hanya sekedar bertanya cara menelusuri sebuah teori. Hal yang dimaksud dengan meminta saran ini juga termasuk evaluasi terhadap hasil karya tulis yang sudah dibuat. Karena biasanya senior memiliki referensi yang lebih lengkap terutama bidang penelitian yang telah dipilihnya. Mintalah saran dan kritik perbaikan yang membangun untuk menjadikan karya tulis menjadi lebih berbobot. Namun, perlu diingat bahwa rekan atau senior yang berhak dimintakan saran adalah senior yang “dipercaya” untuk membaca karya tulis yang belum kita publikasikan. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan seperti karya tulis ilmiah tersebut publish dengan sendirinya tanpa sepengetahuan kita sebagai penulisnya.
Meminta pendapat kepada orang yang diluar bidang
Meminta pendapat pada orang lain di luar bidang yang akan kita tekuni bertujuan untuk mengevaluasi karya tulis kita apakah bisa dibaca dan dimengerti oleh orang awam yang memiliki pengetahuan yang berbeda dengan penulis. Tidak perlu jauh jauh mencari orang di luar bidang, cukuplah minta pasangan, saudara, atau anak kita dan tanyakanlah apakah mereka mengerti tentang apa yang kita tuliskan. Mereka tidak perlu harus mengerti tentang metode dan pengolahan datanya, tetapi jika mereka mengerti topik yang kita angkat di naskah tersebut, berarti tulisan kita sudah baik. Artinya tulisan kita termasuk dalam kategori readable, bahkan untuk orang yang diluar kepakaran atau bidang kita.
Mengidentifikasi pembaca
Artikel jurnal memiliki audience yang berbeda dengan naskah karya tulis lainnya. Pada umumnya pembaca artikel jurnal adalah para akademisi lainnya yang ingin menambah pengetahuan mereka dibidang tertentu. Oleh sebab itu, kemungkinan besar mereka telah memiliki pengetahuan dasar terhadap informasi yang akan mereka baca. Hal ini perlu diperhatikan dalam penulisan. Hindari tulisan yang bersifat “menggurui” atau menjadikan artikel kita seperti sebuah diktat pelajaran yang harus diikuti.
Perlu diketahui bahwa dalam ilmu pengetahuan banyak sekali terjadi perbedaan pandangan, bahkan terjadi perang argumen didalamnya. Salah satunya adalah perbedaan pendapat dalam suatu pandangan yang dituangkan dalam berbagai karya tulis ilmiah, salah satunya adalah artikle jurnal. Jadi, kita hanya perlu menjelaskan dimana posisi penelitian atau tulisan kita berada, apakah penelitian tersbeut melengkapi, mendukung, atau membantah teori yang sudah ada. Mengenai pembaca mengikuti apa yang kita tuliskan, atau tidak setuju dengan fakta empiris yang kita paparkan, itu bukan tujuan utama dari penulisan naskah jurnal.
Memahami gaya kalimat yang efektif dan ringkas namun dapat mendeskripsikan semua gagasan
Sering dijumpai adanya pengulangan informasi dalam sebuah naskah (redundant). Pengulangan informasi akan membuat naskah kita terkesan tidak terstruktur dengan baik. Pastikan tulisan kita ringkas dan efektif namun padat memberikan informasi. Memang tidak mudah melakukan tersebut, terutama bagi peneliti yang hanya mengandalkan analisis kuantitatif dan menganggap penelitian telah selesai apabila sudah mendapatkan hasil yang signifikan. Padahal, perlu dilakukan studi putaka yang menjelaskan dan membahas hasil tersebut sehingga naskah yang kita tuliskan tidak “kering”. Perpaduan metode kuantitatif dan kualitatif akan membuat artikel lebih kaya informasi (ini merupakan contoh kalimat pengulangan/redundant, karena saya sudah membahasnya di paragraf sebelumnya).
Membuat gagasan mengalir dan menemukan jurnal untuk mempublikasikannya
Penulis pastinya mengetahui topik naskah yang akan dituliskannya bahkan sebelum kerangka tulisan tersebut dibuat. Sebelum memulai menulis, sebaiknya perlu survei junal sasaran yang akan kita gunakan untuk mempublikasikan artikel terebut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui gaya selingkung, topik terhangat, dan gaya jurnal tersebut membahas sebuah topik. Efektivitas waktu akan lebih tinggi jika kita mengetahui ini sejak awal.
Pada umumnya, semua jurnal menghendaki gagasan mengalir seperti garis lurus mulai dari pendahuluan hingga kesimpulan. Ini merupakan sebuah kendala bagi orang timur khususnya indonesia yang memiliki pola pikir kurang sistematis.
Sumber: diklat jabatan fungsional peneliti, 1 – 25 juli 2018 (pemateri : Obing Katubi)