Integrasi tanaman – ternak merupakan suatu konsep zero – waste. Artinya bahwa waste yang berasal dari tanaman bisa dimanfaatkan oleh ternak, dan begitu pun sebaliknya. Terdapat hubungan saling membutuhkan (simbiosis mutualisme) antara ternak dan tanaman sehingga menghasilkan output yang lebih baik dan berkualitas. baik karena rendah biaya dan berkualitas karena hasilnya bersifat organik.
Potongan ranting pada tanaman kakao, atau kelapa dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Jarak antara tanaman kelapa yang kadang mencapai 10 meter, bisa dimanfaatkan untuk menanam pakan ternak yang biasanya memiliki morfologi yang pendek dan bisa juga bermanfaat mengurangi erosi kesuburan tanah.
Kotoran sapi atau ternak lainnya bisa dimanfaatkan sebagai pupuk kandang yang berguna menyuburkan tanaman. Kotoran cair bisa juga digunakan sebagai pupuk cair atau sebagai bahan baku biogass. Siklus yang tiada henti ini sangat menguntungkan terutama petani yang memiliki lahan tersebut.
Banyak sekali penelitian yang membuktikan adanya peningkatan pendapatan secara signifikan bagi petani yang menerapkan integrasi tanaman – ternak. Misalnya saja kelapa sawit – sapi, dengan menanam tanaman penutup tanah dengan tanaman pakan ternak, atau perkebunan rakyat seperti kelapa dalam, kakao, dan lain sebagainya.
Namun, hasil kajian yang saya lakukan sedikit memberikan hasil yang berbeda. Saya melakukan penelitian ini sebagai langkah awal upaya penerapan bioindustri dengan penerapan integrasi tanaman – ternak oleh tim pengkajian. Sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan penelitian awal kondisi sebelum diseminasi teknologi integrasi tanaman – ternak didesiminasikan. Secara awam, bioindustri dapat diartikan sebagai pengolahan secara massal produk – produk pertanian baik dalam subsektor perkebunan, tanaman pangan, ternak, hortikultura. Pada saat itu, masyarakat telah diberi bantuan oleh pemerintah berupa ternak sapi.
Hal yang membuat beda pada hasil penelitian ini adalah metode perhitungan dan karakteristik budidaya tenak masih dilakukan secara tradisional. Ternak dibiarkan hidup bebas di area kebun tanpa ada pengkandangan. Sehingga urin dan feses ternak tidak dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk kandang. Meskipun secara alamiah, feses dan urin ternak tersebut langsung kembali pada tanaman di dalam kebun tersebut. Pada sisi lain, proses budidaya yang tradisional itu bisa merusak tanaman yang dibudidayakan di dalam kebun.
Petani memanfaatkan ternak masih sebagai objek tabungan keluarga. Artinya ternak akan dijual jika membutuhkan dana yang besar. Petani belum memiliki pemikiran untuk pengembangan ternak menjadi sebuah usaha atau pendapatan utama dari keluarga. Sehingga konsentrasi budidaya dalam integrasi tanaman – ternak belum sepenuhnya dilakukan untuk peningkatan pendapatan.
Tujuan publikasi dari penulisan dari penelitian ini adalah pentingnya penerapan teknologi integrasi tanaman – ternak. Integrasi tanaman – ternak merupakan suatu sistem yang tidak bisa dibantah bahwa sistem tersebut meningkatkan keuntungan. Hanya saja, keuntungan yang diperoleh dapat berupa keuntungan yang tidak dapat dihitung jika tidak menerapkan teknologi dalam pengembangan integrasi tanaman – ternak. Sebagai contoh: penanaman pakan ternak dengan jenis rumput tertentu, pengkandangan komunal yang memungkinkan untuk menimbang dan memonitoring kesehatan ternak, menampung dan mengelola feses dan urin ternak, pembuatan penampungan biogass untuk dapat memanfaatkan gas metan yang dihasilkan oleh feses dan ternak.
Link publikasi dari karya tulis ini ada di:
Analisis Pendapatan Terhadap karakteristik Usahatani Tanaman Perkebunan-Sapi
Cuplikan abstrack Integrasi Tanaman – Ternak:
Integrasi tanaman – ternak merupakan suatu konsep sistem zero waste dan baik untuk kelestarian lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik usahatani terhadap pendapatan petani Mesa Mesa, Kecamatan Teon Nila Serua, Kabupaten Maluku Tengah. Karakteristik jenis usahatani terdiri dari dua kelompok, yakni petani yang telah mengintegrasikan kelapa, kakao, dan sapi, serta petani yang hanya mengandalkan pendapatannya dari sektor perkebunan. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dengan metode interview dan pengisian kuesioner. Data kemudian diolah dengan menggunakan statistik uji Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh petani yang melakukan integrasi ternak sapi, kelapa, dan kakao tidak berbeda secara nyata dengan pendapatan petani yang tidak melakukan integrasi kelapa dan kakao. Hal ini disebabkan karena pemeliharaan ternak masih secara tradisional, dan belum ada pengembangan produk usaha peternakan. Peningkatan produktivitas dalam sistem integrasi tanaman – ternak dapat dilakukan dengan carapembuatan kandang komunal, budi daya tanaman pakan ternak, dan diseminasi teknologi.
Tinggalkan Balasan