Perjalanan Inspiratif Menjadi Mahasiswa MBKM BRIN: Keraguan, Kesempatan, dan Ketekunan

Halo pejuang skripsi! Perkenalkan, saya Muhammad Cheryl, seorang mahasiswa prodi S-1 Agribisnis USK semester 5. Saya merupakan salah satu anak muda yang terlahir di sebuah pulau terluar yang berada di tengah Samudera Hindia. Pulau yang sering kali dipertanyakan, apakah masih termasuk wilayah Aceh? Ya itulah dia Pulau Simeulue. Sebuah pulau kecil yang terkenal dengan keindahan pantai nya, kenikmatan hidangan lobster nya, serta melimpahnya komoditas cengkeh yang terdapat di dalam nya. Butuh waktu sekitar 20 jam via darat dan laut untuk saya bisa berangkat dari kampung halaman ke kampus jantong hate rakyat Aceh. Jauh dari keluarga membuat saya tidak ingin menjadi orang yang biasa-biasa saja di perantuan, saya selalu mengambil kesempatan yang datang salah satunya adalah kesempatan untuk meningkatkan potensi diri.

Saya masih teringat jelas ketika pertama kali mendengar tentang program MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) USK Unggul. Ini adalah sebuah kesempatan besar bagi para mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman luar biasa di luar kampus. Namun, saya merasa bingung saat pertama kali mendengarnya. Apakah saya memiliki peluang untuk mendaftar? Apakah saya layak? Apakah saya bisa bersaing dengan ribuan pelamar lainnya. Ketidakpastian tersebut membuat saya ragu-ragu. Meskipun saya merasa termotivasi, saya memilih untuk menunggu dan mempertimbangkan opsi lain. Sayangnya, keputusan itu terbukti salah. Waktu pendaftaran MBKM USK Unggul pun terlewati begitu saja.

Meskipun merasa kecewa karena melewatkan kesempatan yang begitu besar, saya tidak menyerah untuk terus mencari peluang belajar di luar kampus. Keajaiban datang dalam bentuk informasi tentang program MBKM BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional). Kali ini, saya tidak ingin membuat kesalahan yang sama. Saya langsung mendaftar tanpa ragu-ragu. Proses seleksi MBKM BRIN tidaklah mudah. Saya harus melewati tes kelengkapan berkas, dan tes substansi yang cukup sulit. Tes kelengkapan berkas ini melihat kualifikasi dan keseuaian jurusan mahasiswa pelamar dengan pusat riset atau kelompok riset yang dilamar. Pada tes substansi saya diwawancarai oleh banyak peneliti BRIN. Peneliti yang mewawancarai adalah calon pembimbing dari setiap peserta. Pada kesempatan kali ini, saya dibimbing oleh Bapak Agung Budi Santoso, salah satu peneliti di Pusat Riset Ekonomi Makro Dan Keuangan BRIN.

Ketika saya dinyatakan lolos sebgaai salah satu mahasiswa MBKM BRIN tahun ini, saya sangat bersyukur dan bangga. Terlebih dari prodi agribisnis USK, hanya saya sendiri yang berkesempatan menjadi mahasiswa MBKM BRIN. Akan tetapi disamping kebahagiaan yang saya rasakan, saya juga merasa bingung untuk pelaksanaannya. Sesuai dengan kebijakan BRIN, program MBKM ini hanya memberikan kesempatan mahasiswa untuk belajar saja dengan penelti BRIN tanpa adanya insentif kepada mahasiswa. Tentu saya kembali berpikir, bagaimana dengan biaya hidup saya selama di Jakarta?. Saya kembali dihadapkan pada kebimbangan, antara lanjut menjalani MBKM BRIN atau kuliah seperti biasa saja karena keterbatasan biaya.

BOOM!! saya dikejutkan dengan kabar bahwa pelaksanaan MBKM BRIN untuk saya boleh dilakukan secara online. Ini berarti saya harus belajar ekstra mandiri dan tidak ada bimbingan secara tatap muka dari peneliti di BRIN. Sebelumnya saya tidak terbiasa dengan cara kerja jarak jauh. Saya masih belum terlalu bisa memanajemen pekerjaan jika dilakukan sendiri dan jarak jauh. Selama ini saya terbiasa menyelesaikan suatu pekerjaan dengan tim secara langsung dan bersama-sama. Tentu saja ini menjadi tantangan baru yang harus mampu saya sesuaikan.

Kegiatan MBKM pun dimulai dengan pengarahan secara umum oleh Tim Manajemen Talenta BRIN kepada seluruh mahasiswa melalui zoom. Beberapa hari setelahnya, saya langsung zoom meeting pertama kali dengan Pak Agung untuk membahas rencana dan teknis bimbingan untuk satu periode MBKM ini. Saya dan Pak Agung menyusun target luaran yang akan dicapai, teknis pelaksanaan, dan jadwal untuk bimbingan rutin secara zoom juga. Kami akhirnya memutuskan untuk membuat target yang lebih spesifik. Saya akan fokus untuk menyelesaikan proposal skripsi selama program MBKM BRIN berlangsung. Alhamdulillah Pak Agung akan membimbing saya menyelesaikan proposal skripsi.

Saya mulai mengerjakan draft proposal skripsi tersebut, dimuali dari menentukan ide penelitian, mencari berbagai referensi literatur, dan beberapa kali kami melakukan diskusi melalui zoom meeting. Sejak saat ini saya memaksa diri sendiri untuk terbiasa dengan sistem kerja WFA (Work From Anywhere). Meskipun awalnya merasa tertekan dan kebingugan dengan situasi ini, ditambah lagi dengan beban sambil menjalani kuliah, saya mencoba untuk terus berusaha bertahan dan menyesuaikan. Saya yakin, keberhasilan akan saya raih ketika saya mampu menembus tantangan baru dan menyesuaikan diri dengan sistem yang baru saya dapatkan.

Alhamdulillah, saat ini saya masih menjalani program MBKM BRIN dan juga sudah menjalani tahap evaluasi tengah semester. Saya sudah mulai terbiasa dengan sistem kerja WFA (Work From Anywhere) dan juga saya sudah merasa nyaman serta bersyukur dengan sistem tersebut. Saya juga bersyukur dan sangat yakin bahwa Allah tidak pernah memberikan apa yang saya inginkan, tapi Allah akan memberikan apa yang saya butuhkan. Awalnya saya ingin merasakan  bekerja dan melaksanakan program MBKM langsung di Jakarta, namun saya juga bingung dengan biaya hidupnya. Akhrinya Allah memberikan jalan yang terbaik kepada saya dan tidak memberatkan saya. Saya sangat bersyukur, hingga saat ini saya semakin optimis bahwa Allah akan terus membimbing dan menguatkan saya sampai program ini selesai dan tercapai target.

Saya ingin berbagi kisah ini dengan banyak orang, terutama kepada mereka yang mungkin merasa putus asa ketika menghadapi kesulitan. Pesan saya adalah kita harus terus berjuang, terus belajar, dan berusaha semaksimal mungkin. Dalam perjalanan hidup ini, mungkin kita akan menghadapi rintangan dan perubahan rencana. Tapi dengan tekad dan kerja keras, kita pasti bisa mencapai tujuan. Program MBKM BRIN telah mengajarkan saya tentang ketekunan dan pentingnya memiliki tujuan yang jelas dalam hidup. Kebingungan yang dihadapi oleh teman-teman mahasiswa saat ini menurut saya sangatlah wajar. Menjadi mahasiswa adalah masa terpenting untuk menentukan arah masa depan. Kesempatan dan cobaan datang silih berganti, namun pertolongan Allah tidak akan pernah usai.

Semoga kisah perjalanan saya pada program MBKM BRIN ini bisa menginspirasi banyak orang untuk tidak pernah menyerah dalam menghadapi cobaan dan kesempatan yang datang. Saya percaya bahwa ketika kita memiliki tekad yang kuat, tidak ada hal yang tidak mungkin untuk dicapai.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *