Peranan Bantuan Langsung PUAP Terhadap Struktur Pembiayaan dan Pendapatan Usahatani

PUAP kepanjangan dari Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan, sebuah program di eranya Susilo Bambang Yudoyono, yakni sebuah program bantuan langsung yang bergulir diberikan di poktan selaku anggota dari gapoktan. Tujuan program ini adalah membantu petani mendapatkan kemudahan modal dalam mengembangkan usahanya.

Karya ilmiah ini dipresentasikan di seminar nasional agroinovasi spesifik lokasi untuk ketahanan pangan pada era Masyarakat Ekonomi Asean, yang diadakan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung tahun 2017.

Karya tulis ini berusaha menjelaskan tentang peran bantuan edidalam struktur pembiayaan usahatani petani di Buru. Porsi BLM PUAP ini hanya sekitar 10 persen dari total biaya usahatani. Jika dilihat dari nilai secara nasional,program ini mencapai trilliunan, namun karena jumlah poktan di indonesia juga jumlahnya ribuan, jumlah yang diberikan setiap gapoktan rata –rata berjumlah 100 juta.

Menggunakan analisis Mann whitney, penulis berusaha membandingkan pendapatan kedua kelompok. Kelompok pertama merupakan petani yang meminjam dana di Poktan yang memiliki bantuan PUAP tersebut. Sedangkan kelompok lainnya merupakan kelompok petani yang tidak melakukan pinjaman dana bantuan BLM PUAP. Hasil yang diperolah ternyata kedua kelompok tersebut tidak berbeda nyata pendapatan yang diperolehnya. Petani yang meminjam memang memiliki struktur biaya yang tinggi dengan membeli pupuk yang lebih banyak dibanding kelompok yang tidak meminjam. Namun produksi yang dihasilkan secara ratio pengembalian masih belum dapat dikatakan memberikan pengembalian yang lebih.

Alasan saya menggunakan Mann Whitney dan memilih untuk membandingkan kedua kelompok adalah karena biasanya langkah ini ditiadakan dan hanya menampilkan atau mengambil contoh petani yang ungggul – unggul saja. Mereka membuat sebuah analisis usahatani dengan komposisi biaya dan penerimaan dari petani yang dikatakan “berhasil” dengan menghiraukan jumlah petani yang lain. Padahal jika dilihat sebaran dan jumlah secara populasi, belum tentu dikatakan bahwa pendapatannya lebih tinggi. Silahkan dibaca One-Sample T Test – Apa yang lebih kuat dari rata-rata?

Meskipun, sebagian petani memiliki nilai pendapatan yang tinggi (petani yang meminjam), namun secara sebaran sample jumlah tersebut tidak signifikan. Maksudnya petani yang meminjam dan pendapatannya yang lebih rendah juga ada, dan lebih banyak pendapatnnya sama dengan yang lain.

Lalu timbul pertanyaan “Program PUAP gagal dong?” jangan berkesimpulan begitu cepat. Jika ditelusuri lebih dalam, fokus tujuan program BLM PUAP ini adalah ketersediaan modal bagi petani. Meskipun pendapatannya dapat dikatakan tidak berbeda, namun petani mudah mencari dana di awal musim untuk membeli pupuk, benih, dan lain-lain. Keuntungan sosial ini sulit ditangkap hanya dengan survey usahatani. Keuntungan tersebut sangatlah jelas dirasakan terlebih lagi petani yang berusaha menghindar dari tengkulak atau tukang kredit kelas teri.

Meskipun saat ini program PUAP sudah tidak berlanjut, namun bagi petani yang mampu mengembangkan dana tersebut, masih bisa menikmati dana itu bersama- sama. Bahkan ada yang mampu membangun infrastruktur dan alat transportasi dari pengembangan modal ini. Sebagai masukan, banyak pula gapoktan yang tidakmampu mengembangkan uang yang diberikan karena menganggap dana tersebut adalah bantuanlangsung tunai yang sedang marak saat itu. Saya telah menjelaskan di karya tulis yang berbeda,yang berjudul Persepsi Petani Terhadap Gapoktan Sebagai Pengelola Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan di Pulau Seram

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *