Dosen Juga Manusia

Dosen juga manusia, mungkin itulah istilah yang tepat untuk menggambarkan kondisi dunia perdosenan di tanah air. Dimana di satu sisi, dosen memiliki tanggung jawab untuk mengajar, tapi di sisi lain dosen memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi. Sebab gaji seorang dosen masih kurang mencukupi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Inilah “dosa” yang bisa dilakukan dosen gara-gara ingin memenuhi kedua tadi.

Dosen Killer

Istilah dosen killer sudah ada sejak lama, dan pemaknaannya mirip dengan guru killer. Mereka ini momok para mahasiswa, karena kerap diasosiasikan dengan hal-hal negatif – galak, pelit nilai, tugas banyak, dan lain sebagainya. Ketika dosen killer ini mengajar di kelas, mahasiswa akan merasa tegang.

Biasanya dosen killer adalah dosen gaek yang usianya sudah di atas kepala lima dengan teknis mengajar oldies yang sudah ketinggalan zaman. Mungkin sikap galak, pelit nilai, suka memberi tugas banyak, dan lain-lain itu karena mereka sudah memasuki usia pensiun. Dimana pada usia-usia ini, seseorang akan lebih mudah uring-uringan tidak jelas, karena merasa tidak berguna.

Dosen Baper

Pemerintah Indonesia memiliki aturan jika pendidikan minimal seorang dosen itu S2. Sayangnya dosen-dosen di Indonesia mengajar dengan metode lawas. Padahal, zaman sekarang, dosen hanyalah fasilitator bagi mahasiswa yang tengah menuntut ilmu.

Meski begitu, ada dosen yang masih merasa seperti ensiklopedia berjalan. Dia begitu sok tahu akan keluasan ilmu. Tampaknya dia lupa istilah di atas langit masih ada langit. Ketika si dosen kalah ilmu dari mahasiswanya tak pelak si dosen menjadi baper dan memberi nilai yang tidak rasional.

Dosen Pencari Objekan

Sudah selayaknya, seseorang yang memiliki penghasilan di bawah rata-rata harus mencari pekerjaan tambahan. Hal itu berlaku sama untuk dosen. Namun, saking getolnya mencari objekan di luar kampus, dosen melakukan objekannya lebih daripada pekerjaan utamanya. Ujung-ujungnya sudah bisa ketebak bukan?

Pekerjaan utama dosen sebagai pengajar akan terbengkalai. Pekerjaan mengajarnya justru diserahkan kepada asdos yang belum tentu kompeten dengan mata kuliah yang diampunya. Yang kasihan ya mahasiswa, hanya dijadikan lumbung emas bagi dosen tidak bertanggung jawab ini.

Dosen Plagiat

Plagiarisme bukanlah hal asing si tanah air. Hal ini ternyata juga melanda dunia kampus, tak terkecuali dosen. Kita mungkin pernah mendengar bahwa dosen, negeri dan swasta, yang pernah terlibat kasus pencurian penelitian mahasiswa.

Dosen juga mengaku bahwa karya tulis itu miliknya, termasuk saat memerintah para penulis bayangan (ghost writer) untuk menulis di media massa. Apakah mereka malu? Tidak, justru mereka bangga, karena belum ada yang mengetahui aksi mereka. Jika sudah ketahuan, mungkin mereka akan malu menghadapi.

Masih banyak lagi sifat sifat lain dari sisi dosen sebagai manusia. Kita jangan hanya melihat dari sisi negativnya saja. Sebagai manusia, dosen juga memiliki perasaan, masa lalu, harapan, dan unsur lain yang mencirikan manusia pada umumnya.

Ambillah contoh saat merampungkan skripsi. Terkadang mahasiswa terlalu menyalahkan dosen dengam sifat killer dan terkesan menghambat proses kelulusan mahasiswa bimbingannya. Mungkin mahasiswa tersebut perlu belajar meluluhkan hati pembimbingnya. Karena bagaimana pun, dosen juga manusia.

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *