Perlukah Komunikasi Bisnis dalam Usahatani?

Seorang lulusan universitas pertanian gelar magister memperhatikan transkip nilainya. Nilai mata kuliah bertaburan nilai A dan B,termasuk komunikasi bisnis. Otomatis dirinya memperoleh gelar dengan predikat minimal sangat memuaskan. Namun apakah nilai yang sangat baik tersebut menjamin dirinya mampu menerapkan ilmunya secara komprehensif?

Salah satu kelemahan pemberian mata kuliah di bangku kampus adalah pemberian secara parsial. Kemungkinan keterkaitan antara mata kuliah satu dengan yang lainnya memang ada, namun mungkin belum terlalu intens. Hal ini lumrah dilakukan karena kampus merupakan kondisi ideal untuk menimba ilmu dengan kondisi yang dibuat secara ideal.

Dunia pertanian berkembang sangat cepat mengikuti perkembangan teknologi komunikasi. Padahal, dalam mata kuliah di universitas, komunikasi bisnis dan usahatani merupakan mata kuliah yang terpisah. Dalam unsur biaya usahatani, besar kemungkinan hingga artikel ini ditulis tidak menjelaskan tentang biaya komunikasi bisnis yang telah dikeluarkan. Dalam mata kuliah komunikasi bisnis pun, kemungkinan kecil akan mempresentasikan usahatani yang dilakukan secara parsial oleh petani yang hanya memiliki luas areal seperempat hektar saja. Jika para mahasiswa diajarkan dan praktek bagaimana cara mempromosikan sebuah produk atau layanan kepada konsumen, kelak saat dia terjun di dunia pertanian, dia harus mampu menawarkan produk dan komoditas pertanian.

Komunikasi adalah pertukaran ide dan informasi antara dua pelaku atau lebih yang  menggunakan sarana atau media komunikasi. Dalam sebuah komunikasi sedikitnya ada tiga faktor penentu keberhasilan komunikasi, yakni sumber informan, komunikan, dan media informasi. Saat ini, media informasi bisa dalam genggaman saja. Seluruh informasi bisa diakses dengan mudahnya seiring perkembangan teknologi informasi, satelit, dan murahnya provider menyediakan layanan jasa tersebut.

Perkembangan komunikasi bisnis pun berlaku pada sektor pertanian. Petani mampu mengakses informasi seputar harga barang komoditas, kondisi iklim, keadaan tanah hanya dengan satu aplikasi, misalnya aplikasi kalender tanam.

Petani harus mampu mengikuti dan memanfaatkan perkembangan teknologi untuk meningkatkan value atas produk komoditasnya. Perkembangan ini jika tidak dimanfaatkan dengan baik justru akan menjadi bumerang dengan selalu menjadikan petani sebagai buruh komoditas yang pemanfaatannya banyak dinikmati oleh pedagang besar.

Komunikasi Bisnis dalam usahatani

Sebagian orang mungkin tidak setuju dengan istilah usahatani yang saya sebutkan disini. Menurut soekartawi, usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang penggunaan sumberdaya, mengorganisasikan sarana produksi dalam suatu usaha pertanian yang bertujuan menghasilkan komoditas. Biasanya usahatani sangat bergantung pada sumberdaya alam seperti benih, tenaga kerja, pupuk.

komunikasi bisnis dalam usahatani
sumber gambar: pexels . com

Berbeda dengan usahatani, kata bisnis biasanya lebih populer dan merujuk kepada produksi massal. Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh perseorangan maupun organisasi yang meliputi aktivitas produksi, penjualan, pembelian, maupun pertukaran barang atau jasa yang bertujuan untuk mendapatkan laba. Terkesan kata bisnis lebih “mentereng” dibandingkan usahatani. Apalagi mengingat jika mayoritas petani di indonesia adalah petani gurem yang terlilit kendala permasalahan kepemilikan lahan yang sempit.

Padahal, ilmu komunikasi bisnis tidaklah memandang besar atau kecilnya skala usaha. Komunikasi bisnis sangat berperan terhadap efektivitas pertukaran informasi baik dari vendor, pelaku, pegawai, ataupun konsumen sebagai pengguna akhir. Komunikasi bisnis secara sadar atau tidak, pasti telah digunakan oleh semua pelaku usaha. Pertanyaannya adalah apakah komunikasi bisnis yang dilakukan efektif atau tidak? Apakah komunikasi bisnis yang dilakukan efisien atau tidak?

Petani selalu terpojok dengan kata keterbelakangan dan teknologi rendah sehingga tidak mampu bergerak bebas memanfaatkan situasi yang segalanya serba mudah. Berikut ini merupakan beberapa contoh komunikasi bisnis yang bisa dilakukan dalam usahatani:

Subsistem input

Subsistem input merupakan subsistem yang mensuplai faktor produksi kegiatan usahatani, seperti suplai pupuk, benih, pestisida dan lain – lain. Petani dalam hal ini memposisikan sebagai konsumen sehingga seyogyanya petani memiliki beberapa alternatif vendor sebelum memutuskan untuk menggunakan jenis pupuk, benih, dan pestisida yang sesuai dengan karakteristiknya. Jika petani memutuskan untuk mengembangkan pertanian organik, maka sudah sepantasnya dia akan memilih pupuk organik sebagai bahan unsur hara bagi komoditasnya.

Mengapa hal ini jarang terlihat terjadi adanya peningkatan “bargain position” oleh petani? Ini disebabkan karena petani enggan menggunakan fasilitas kelompok tani untuk berkumpul, bermufakat dan mengorganisasikan kelompoknya untuk mendapatkan input faktor produksi yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Padahal, sepuluh tahun terakhir pemerintah dengan gencarnya melakukan pengembangan kelompok tani sebagai wadah organisasi usahatani.

Tidak jarang dijumpai kelompok tani yang berhasil mengelola kelompok tani dan mampu memesan pupuk dalam satuan container yang didatangkan dari pabrik dengan angkutan kapal melalui pelabuhan. Petani mampu menghemat jutaan rupiah dengan pengadaan secara massal dengan keuntungan dinikmati kembali oleh anggotanya.

Jika melihat ini, apakah anda masih berpikir bahwa komunikasi bisnis tidak diperlukan dalam usahatani?

Subsistem produksi

Usahatani sangat dipengaruhi oleh kondisi alam, terlebih cuaca dan iklim. Subsektor hortikultura misalnya, beberapa komoditas meskipun tahan terhadap hujan, namun tetap tidak akan menghasilkan produksi secara maksimal. Perlu adanya strategi untuk menentukan jenis dan waktu tanam yang tepat untuk memaksimalkan penggunaan sumber daya. Penggunaan kalender tanam dan aplikasi yang sejenis sebagai sumber informasi cuaca, kondisi tanah, merupakan salah satu contoh praktek komunikasi yang sederhana.

Jika dikaitkan dengan komunikasi bisnis, pertanian sangat berpotensi sebagai agro wisata. Selain meningkatkan penghasilan dari panen, petani justru mampu mendatangkan konsumen ke lahan mereka untuk memetik buah secara langsung. Kegiatan tersebut seolah setali tiga uang. Kondisi pertanian yang dapat dikembangkan menjadi agriwisata adalah tidak mudah. Perlu adanya effort baik dari internal petani dan komunikasi petani terhadap stakeholder. Disinilah kemampuan komunikasi bisnis diperlukan.

Subsistem Jasa Penunjang

Subsistem jasa penunjang biasanya dikaitkan oleh pemerintah dan pemilik modal. Tidak bisa dipungkiri bahwa jaringan komunikasi penting dilakukan untuk memperlancar proses produksi. Pemerintah melalui regulasinya secara konsisten membantu petani melakukan pengembangan komoditas. Pendampingan terus menerus dengan jaringan penelitian yang tidak ada habis habisnya. masih segar dalam ingatan bagaimana pemerintah telah sukses memperkenalkan sistem jarwo sebagai peningkatan produksi padi, ataupun penemuan jagung bertongkol dua yang melipatgandakan produksi jagung nasional.

Kesemuanya itu tidak akan berarti jika petani tidak memiliki kemampuan komunikasi yang baik.

Subsistem Hilir

Subsistem hilir biasanya berkaitan dengan pemasaran. Subsistem ini merupakan subsistem yang paling mendasar setelah produksi karena secara langsung mempengaruhi tinggi rendahnya penerimaan yang akan berdampak besarnya pendapatan petani. Peran komunikasi bisnis dalam hal ini adalah bagaimana produk komoditas tersebut dapat terjual dengan melebihi biaya produksi yang telah dikeluarkan. Bahkan, jika perlu market share petani lebih besar dibandingkan pelaku tataniaga lainnya dalam komoditas tersebut. Karena petani menanggung resiko yang paling besar terhadap kegagalan panen.

Beberapa contoh kelompok tani memberi label organik kepada produknya dan melakukan pemasaran terhadap pasar modern. Dalam struktur biaya hal ini bisa mempengaruhi jumlah pembiayaan usahatani secara langsung karena petani dituntut untuk mempertahankan kualitas, kuantitas karena adanya kontrak kerjasama, dan biaya packaging.

Secara keseluruhan, kemampuan komunikasi diperlukan untuk pengembangan usahatani baik secara individu maupun kelompok. Kendala komunikasi bisa menyebabkan rusaknya komoditas akibat harga anjlok ataupun mahalnya komoditas karena langka dipasar.

Mahasiswa itu pun terdiam dan menyimpan kembali transkip nilainya dan mulai memperhatikan sekitar untuk memulai usahatani secara modern.

Selamat Belajar..!

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *