Mengapa Skripsi itu sulit?

Skripsi merupakan sebuah ujian akhir bagi mahasiswa untuk menyelesaikan studinya dengan menyandang gelar yang diinginkannya. Bagi sebagian mahasiswa, skripsi adalah sebuah proses yang membosankan karena dibayangi dengan penelitian, seminar dan sidang. penelitian dilakukan dengan waktu yang tidak singkat, membutuhkan kesabaran dan keuletan. Belum lagi ditambah pengolahan data yang ngejlimet dan bingung mencari solusi. Kendala kedua harus mempersiapkan diri memposisikan sebagai narasumber terhadap apa yang telah diperoleh selama penelitian baik dimulai dari seminar proposal dan seminar hasil. hal yang paling menakutkan (sebenarnya enggak sih..) adalah ruang sidang yang tertutup, dimana hanya ada dosen pembimbing dan dosen penguji di dalam ruangan. Tidak ada lagi kekasih yang mendampingi, ataupun teman yang sudah setting pertanyaan.

Tulisan ini bukan untuk menakut – nakuti. Karena jika kita mengetahui beberapa penyebab skripsi itu dianggap sulit, maka kita bisa mengantisipasinya dengan melakukan sebaliknya. Alhasil, setelah membaca ini diharapkan anda bisa membuat planning yang baik, bukan malah menghabiskan waktu di warnet untuk main game. masih zaman kah main game di warnet???

Kurang Minat Terhadap Penelitian

Sebagus apapun bakat seseorang, jika tidak memiliki minat maka akan dirasakan sangat kurang. Ibarat seekor kucing yang sebenarnya bisa berenang, namun memilih untuk tidak pernah mandi dan menceburkan diri di dalam kolam karena tidak memiliki minat dengan air. Penasaran kucing bisa berenang? Silahkan googling..

Antusiasme atau minat yang tinggi akan mengajak seseorang untuk memperoleh jawaban atas segala pertanyaan. Mungkin termasuk mengapa dirimu diputuskan terlalu cepat. Hindari diri sudah mengetahui segalanya karena ini akan menutup diri menerima informasi penting yang sebelumnya kamu belum tau. Minat akan mendorong seseorang untuk terus bertanya mengapa begini, mengapa begitu.. hingga akhirnya dia telah menguasai ilmunya bahkan tanpa disadari.

Kurang Bahan Bacaan

Jika kamu menganggap ini membaca status facebook, twitter, atau melototin photo di instagram , maka kamu salah tafsir. Bacaan yang dimaksud disini adalah bacaan ilmiah yang dipajang berderet di rak – rak perpustakaan.

Mulailah mencari topik di satu semseter sebelum skripsi dan perkaya diri dengan mengunjungi perpustakaan, mencari penelitian sejenis yang sudah dilakukan oleh kakak kelas dan menghubung -hubungkan dengan kejadian yang telah update hingga hari ini.

Misalnya saja pada era 2000an booming istilah pertanian organik. Bagaimana dengan sekarang? Apakah telah mengalami perubahan persepsi atau memang terus berkembang hingga kini. Bicara music, dulu yang laris adalah group band, sedangkan sekarang belum tentu sebuah band bisa eksis karena kalah dengan artis yang baru ngeluarin satu atau dua single lagu. Nah, bacaan yang banyak akan membawa kamu mendapat informasi yang beragam sehingga akan dengan mudah mendapatkan ide penelitian.

Jarang Update Kondisi Terkini

Klo yang satu ini memang dikhususkan bagi kamu yang sering update status. Maka follow lah akun yang memang bermanfaat untuk diikuti, bukan akun yang kurang bermanfaat dan cenderung membuang buang waktu. Misalnya tentang teknologi, trend memasak, keuangan, dll. Apa hubungannya ama skripsi?

Bisakah kamu merasakan topik skripsi itu sedikit membosankan karena memiliki judul yang itu itu saja? Padahal skripsi itu adalah penelitian, bisa penelitian unik asalkan masih sesuai dengan bidang ilmu yang kamu miliki. Mengapa tidak memilih analisis kelayakan usaha tempe mendoan, dibanding harus preferensi konsumen terhadap produk? Ya, keduanya memang tidak masalah.. tetapi preferensi konsumen biasanya sedikit mudah ditebak hasilnya.

Fenomena yang menarik anak muda zaman sekarang seperti cara mereka bersosialisasi di media, cara mereka untuk bisa eksis diantara teman – temannya, semua itu kamu bisa peroleh jika kamu update medsos. Pengetahuan ini selanjutnya kamu hubungkan dengan teori – teori sosial atau bidang yang kamu kuasai, pastinya akan membentuk ide skripsi yang fresh.

Tidak Mengetahui Format Penelitian

Rasa ketakutan sebelum memulai membuat mahasiswa biasanya malah mengindar. Padahal, tidak ada cara lain yang lebih tepat kecuali dengan mengenal lebih jauh dengan skripsi. Makin kenal maka makin cepat kamu akan melewati proses ini. Makin kenal maka status sarjana akan semakin mudah didapat.

Meskipun keliatannya membosankan, sebenarnya format laporan penelitian seperti skripsi mempunyai format yang baku. Format ini justru akan salah jika tidak dicontek. Seperti isi pendahuluan, metode, pembahasan, dan lain – lain. jika kamu menulis isi bab metode yang seharusnya diisi di bab pembahasan, tentu akan salah.

Selain itu, temukan hubungan dan fungsi masing masing bab. Sehingga kamu bisa fokus nyari literaturnya. Misalkan kamu mau menambahkan tinjauan pustaka, maka yang kamu cari adalah teori yang mendukung penelitian. Berbeda jika kamu membahas pendahuluan, data dan fakta lah yang mestinya dicari lebih banyak. Mencari data dimana? Ya pastinya banyak banyak nongkrong baca buku statistik atau BPS. Jangan malah nongkrong di kantin makan siomay ya…

Kurang Paham Tujuan Skripsi

Tujuan skripsi adalah untuk melatih mahasiswa merasakan proses dunia penelitian sehingga mental untuk kritis itu bisa muncul. Dalam proses skripsi, kamu akan dinilai bagaimana pemecahan masalah dan mengorganisasikan sesuatu. Ini pendapat saya pribadi lho ya..

Jadi, jika kamu menemui masalah data baik dalam pengumpulan maupun pengolahan, jangan dulu berpikir dunia akan runtuh. Nikmati proses itu dan diskusikanlah kepada teman atau yang ahli. Karena dosen pun seharusnya tidak akan memaksakan sebuah penelitian yang memang tidak bisa dilanjutkan. Jangankan mahasiswa yang baru belajar tentang penelitian, seorang peneliti yang sudah senior pun terkadang menjumpai permasalahan penelitian yang tidak bisa diatasi. Justru biasanya peneliti akan terbuka mengakui keterbatasan keterbatasan yang dijumpai dan dituangkan dalam karya tulis ilmiah. Bukan memaksakan diri untuk harus berhasil dan sesuai dengan hipotesis. Baca deh tentang etika penelitian.

Tidak Sepaham dengan Dosen

Dosen adalah manusia juga yang memiliki berbagai macam karakter. Untuk itu perlu kamu pahami karakternya sebelum melakukan diskusi. Dalam diskusi turunkan sedikit ego dan idealis, coba pahami apa maksud dan keingin dosen dalam mengarahkan penelitian. Tidak jarang apabila mahasiswa gagal sepaham dengan dosen, justru mahasiswa lah yang dirugikan karena kelulusannya akan tertunda.

Memang niat “yang penting lulus” juga tidak baik. Tetapi perlu kamu pahami tidak semua orang beranggapan sama seperti yang kamu pikirkan tentang skripsi dan topik penelitian. Dalam hal ini kamu tetaplah bimbingannya dan dosen tetaplah pembimbing. Artinya sudah menjadi kodrat kamu seharusnya mematuhi atau setidaknya mempertimbangkan pendapat dosen selaku pembimbing.

Jika kamu memang niat untuk meneruskan idealismu tentang sebuah topik, mengapa tidak dilakukan setelah lulus atau melamar menjadi peneliti saja?  

mengapa skripsi itu sulit?
kondisi berantakan menyusun artikel ini, Apalagi nyusun skripsi ya?

Di luar itu, terkadang dosen juga memiliki kelemahan dalam membimbing. Dosen juga bisa salah dalam memproses data, berargumen dan mensistesis hasil penelitian. Maka bersikaplah baik dalam mengingatkan atau menolak gagasan. Misalnya saja dengan memberikan literatur – literatur yang tidak sesuai dengan gagasan dosen, bukan hanya membantah tanpa teori. Dengan begitu, diskusi akan berjalan menarik dan  kamu pun akan mendapat tambahan ilmu.

Terbatasnya Pengetahuan Tentang Alat Penelitian

Peneliti senior tidak akan memusingkan tentang alat penelitian. Alur pikir mereka adalah menemukan permasalahan dan topik penelitian, mengidentifikasi mengapa penelitian itu penting, baru lah mereka mencari metode untuk mendapatkan hasil dan jawabannya.

Itu adalah alur pikiran yang sangat ideal. Bagi kita yang masih mahasiswa yang perlu banyak belajar, mempelajari satu alat penelitian saja butuh waktu satu semester, apalagi harus mencari metode yang belum pernah dipelajari?

Kebanyakan peneliti junior berangkat dari alat yang mereka kuasai. Contohya jika ia menguasai tentang anova, maka dicarilah penelitian atau ide tentang rancangan percobaan. Jika ia menguasai tentang regresi, maka mulailah ia mencari cari data untuk bisa diregresikan. Saat mendapatkan hasil yang signifikan dan belum ditulis oleh peneliti lainnya, disanalah ia mulai menulis.

Tidak ada yang salah dengan apa yang dilakukan oleh peneliti junior tersebut. Karena hanya masalah waktu, jika ia memiliki minat maka satu persatu alat penelitian akan dikuasainya sehingga lama kelamaan ia bisa makin mahir dalam memahami sebuah alat penelitian. Lambat laun alur pikirnya akan berubah menjadi peneliti senior yang sudah diceritakan sebelumnya.

Masalahnya adalah… mahasiswa tidak memilliki cukup waktu untuk mempelajari semua alat penelitian. Kamu hanya punya waktu satu atau dua semester untuk menyelesaikan skripsi atau nanti status “mahasiswa abadi’ akan melekat. Sehingga salah satu cara yang efektiv adalah dengan menguasai alat penelitian sebelum skripsi dimulai. Perhatikan bakat dan minat diri masing – masing, apakah tertarik dengan penelitian kualitatif ataukah kuantitatif. Dari sekian mata kuliah, manakah yang dirasakan mudah untuk dikuasai. Berangkat dari sana, barulah mencari topik penelitian.

Bagi kamu mahasiswa sosial ekonomi pertanian, blog ini menulis beberapa alat penelitian. Silahkan gunakan tombol pencarian atau klik per kategori untuk mencari alat penelitian yang kamu butuhkan.

Rencana yang Buruk

“nanti sajalah, belanda masih jauh”

“main game dulu selagi sempat”

Satu semester adalah waktu yang singkat untuk melakukan penelitian. Maka dari itu, buatlah rencana yang baik kapan harus memulai dan tentukan target kapan akan selesai. Jangan hanya menikah saja yang ada targetnya ya….

Oke, itu dulu yang bisa saya ceritakan hari ini. Selamat Belajar.!

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *