|

Mengapa Sampling Terkadang Tidak dijabarkan di Metodelogi?

Pernah dalam sebuah group forum ada seorang yang membahas tentang sebuah artikel dari jurnal internasional tentang qualitas pendidikan di Indonesia. Isinya tidak main main, artikel itu mengatakan bahwa hampir 45% dari anak usia yang berumur 15 tahun di Indonesia bahkan tidak mencapai level minimum nilai matematika. Tentu ada suatu hal aneh yang dirasakan mengingat Indonesia merupakan negara yang besar. Nilai 45% dari kesimpulan sebuah penelitian yang mengatasnamakan mewakili populasi Indonesia tidaklah sedikit. Berdasarkan data statistik, anak Indonesia yang berusia 15 tahun di Indonesia sebanyak 13. 3 juta orang. Sehingga sekitar 5.9 juta pelajar di Indonesia yang dimaksud dari hasil penelitian tersebut tidak memenuhi kualifikasi matematika.

Jika anda penasaran dengan artikel yang saya maksud disini silahkan browsing di google dengan mengetikkan kata “ Indonesian kids don’t know how stupid they are”. Artikel tersebut adalah artikel populer disebuah website, namun jika anda masih penasaran, silahkan lanjutkan browsing dengan mengetikkan judul artikel ilmiahnya “Examining the relationship of a survey based measure of math creavity with math achievement: cross-national evidence from PISA 2012

Sebelum mendebat apakah artikel itu benar atau salah, mari kita tinjau tehnik sample yang digunakan pada artikel ilmiah tersebut.

Jumlah data

Jumlah data yang digunakan sangatlah banyak, disebutkan sekitar 510 ribu anak berusia 15 tahun. Namun jumlah data ini untuk 65 negara. Sehingga jika diambil rata-ratanya setiap negara diambil sekitar 7.800 orang sebagai sample. Angka ini ternyata hanya sekitar 0.058 persen dari jumlah siswa Indonesia yang telah disebutkan sebelumnya.

Banyak hal yang dapat dipertanyakan  dari persentase sample yang ditemukan tersebut. Metode sampling apa yang digunakan pada nilai sample tersebut? Apakah sample tersebut sudah cukup mewakili populasi di indonesia? Sayangnya hal tersebut tidak dijelaskan di metode penelitian. Penjelasan detil ditekankan pada alat penelitian dan bagaimana mereka mengolah datanya.

Pentingnya menjabarkan Tehnik Sampling

Tidak ada peraturan baku berapa persen yang diperlukan untuk dapat mewakili sebuah populasi. Beberapa pakar menyarankan minimal 10 persen, dan sebagian lagi berpendapat yang  berbeda. Tingkat persentase sebenarnya ditentukan oleh homogen atau tidaknya suatu populasi.

Ir Rahmat hendayana dalam kunjungan ke BPTP maluku memberikan sebuah gambaran, bahwa sampling darah diambil dari tubuh manusia hanya beberapa ml saja. Namun karena cairan darah di dalam tubuh bersifat sangat homogen, maka sampling tersebut sangatlah cukup untuk menentukan tingkat kesehatan seseorang.

Berdasarkan buku “understanding Educational statistics” yang di tulis M Lee Abott, bahwa metode sampling yang umum dijumpai biasanya adalah random sampling dan convinience sampling. Random sampling sendiri terdiri dari beberapa metode, seperti simple random sampling (semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih), Stratified random sampling (ada nilai bobot kepentingan untuk disetiap kelompok pada anggota populasi), dan clustered random sampling (mirip dengan simple randon sampling namun terdiri dari beberapa cluster ada wilayah). Sedangkan convinience sampling merupakan tehnik sampling yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan pengambilan sample. Hal ini dilakukan biasanya karena sample yang terbatas atau pilihan peneliti karena sulitnya menjangkau sample yang lain.

Timbullah pertanyaan apakah populasi siswa di Indonesia cukup diambil dengan metode random sampling? Mengingat Indonesia adalah negara kepulauan dengan karakteristik setiap pulau besar dan kecil yang berbeda, maka seharusnya dari setiap pulau harus terwakili sample datanya. Kemudian, proporsional pengambilan sample yang dilakukan juga harus sesuai berdasarkan jumlah kepadatan penduduk. Misalnya, kota jakarta, surabaya, medan, dan provinsi lainnya yang memiliki proporsi tinggi tentunya memiliki sample yang banyak dibandingkan provinsi lainnya. Terkecuali jika penelitian memang dikhususkan atau di grupkan bagi daerah daerah yang tertinggal atau hanya mencakup wilayah pedesaan.

Pembanding antar kelompok sample

Selain jumlah sample, kelompok kelompok sample juga patut dipertanyakan pada penelitian ini. Terlihat bahwa tidak semua kelompok dalam penelitian tersebut mewakili sebuah negara. Sebagai contoh untuk wilayah china, secara terpisah terdapat tiga kota yang dilakukan secara terpisah, yakni shanghai, hongkong, dan Macao. Sedangkan negara yang luas seperti australia, united states, dan Indonesia tentunya, hanya satu kelompok sample.

perbandingan kelompok sample
sumber: portraitindonesia

Kelompok sample indonesia yang sudah dijabarkan sebelumnya yang terdiri dari beberapa karakteristik wilayah kepulauan yang berbeda tentu tidak akan signifikan jika dibandingkan hanya sebuah kota besar seperti shanghai. Hasil mungkin akan berbeda jika mereka membandingkan shanghai dengan jakarta atau jogjakarta.

Tulisan ini tidak bermaksud untuk membantah isi dari tulisan artikel hasil penelitian tersebut. Saya sendiri tidak keberatan jika penelitian tersebut dianggap benar karena memang perlu banyak yang harus dibenahi. Namun contoh tulisan yang diutarakan adalah sebuah sample untuk dapat memberikan penjelasan yang mudah dimengerti bahwa penentuan sampling dan metodenya sangat menentukan hasil penelitian. Terkadang kita jumpai sebagian peneliti menyembunyikan sedikit informasi di bagian sampling karena hal tertentu. Tentu penelitian bersifat persuasif dan subjektif yang tidak bisa dipisahkan dari latar belakang peneliti atau kelompok penelitian di dalamnya. Sehingga, arah metode dan tehnik sampling banyak dijumpai tidak serupa dan hal ini lumrah dilakukan oleh banyak peneliti. Tidak jarang artikel ilmiah satu dibantah dengan artikel ilmiah lainnya. Seperti yang dilakukan oleh Australia dalam mengklarifikasi hasil penelitian ini. Mereka berusaha mendeskripsikan mengapa hasil PISA tidak sehebat negara negara lain. Mereka menulisnya dalam artikel ilmiah yang berjudul “ How international test fail to inform policy: The unsolvedmystery of Australia’s steady decline in PISA scores”.

Kita perlu memahami bahwa alat penelitian adalah bersifat statis dan netral. Adapun penggunaannya sangat dipengaruhi oleh peneliti sebagai subjek. Biasanya subjek mengarahkan alat tersebut dengan metode penelitian yang sesuai dengan keinginannya. Disinilah kita bisa membedakannya. Jika anda ingin sekali kali mereview sebuah artikel jurnal, maka selain melihat benang merah dari judul hingga kesimpulan, sebaiknya anda memberi waktu lebih lama pada bagian metodelogi penelitian yang terkadang tidak lengkap dengan sengaja maupun tidak.

Simpson’s Paradox

Berikut adalah video singkat tentang bagaimana kesimpulan yang diperoleh dari objek penelitian yang sama menghasilkan keputusan yang berlawanan arah.

Pada kasus pertama tentang penilaian hospital A dan B. jika analisa dilakukan dengan tanpa mengkategorikan pasiennya, maka sepertinya hospital A lebih baik dibandingkan B. namun, setelah dilakukan grouping terhadap tingkat kesehatan yang buruk bagi pasien yang masuk kerumah sakit tersbeut, ternyata diperoleh hasil bahwa hospital B memiliki tingkat keberhasilan penyembuhan yang lebih baik dari hospital A. Ini lah yang dimaksud dengan simp’son paradox, bahwa hasil yang diperoleh berlawanan arah atau terbalik dengan memasukkan variabel atau faktor tambahan.

Kasus kedua tentang perokok dan kasus ketiga tentang hukuman mati bagi ras kulit hitam dan putih. Silahkan diamati bagaimana simpson’s paradox mempengaruhi hasil penelitian. Sehingga setelah membaca tulisan ringan ini tidak perlu heran mengapa organisasi dunia menyudutkan indonesia dengan perkebunan yang luas menyumbang emisi gas rumah kaca, sedangkan dari sisi internal sibuk mengumpulkan bukti yang dapat diterima bahwa tuduhan tersebut tidak relevan. Contoh lainnya adalah tingkat kualitas pendidikan yang menjadi contoh diatas. Artikel tersebut bukan untuk didebat benar atau salah, tapi sebaiknya apa yang dilakukan oleh Australia dalam memberi klarifikasi dapat ditiru oleh peneliti Indonesia di bidang pendidikan.

Terima kasih sudah berkunjung, selamat belajar!

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *