Hidroponik dan Vertiminaponik dalam Perkembangan Pertanian Modern

Populasi manusia dimuka bumi ini semakin tahun terus bertambah. Penambahan populasi ini praktis juga diikuti oleh kebutuhan pangan, terutama pada masyarakat perkotaan yang memiliki populasi lebih padat dibandingkan dengan daerah lainnya.

Kondisi peningkatan pangan ini ternyata tidak diikuti oleh perluasan sumber daya seperti lahan, tenaga kerja dan modal. Terlebih bagi masyarakat perkotaan, lahan menjadi semakin sempit dengan adanya pengembangan industri dan pembangunan perkotaan. Populasi petani sebagai profesi yang menjadi pahlawan penghasil pangan tergerus oleh profesi pekerja pabrik dan perkantoran, pedagang, atau pun pelaku dari proses pemindahan produksi. Hal ini membuat perkotaan menjadi bergantung dengan wilayah suburban disekitarnya untuk menopang kebutuhan pangan.

Tingginya tingkat ketergantungan pangan ini sangat memungkinkan terjadinya fluktuasi harga pangan yang tinggi. Kondisi ini akan diperparah dengan adanya berbagai pemain bisnis di rantai pasok pangan. Bergantung siapa yang memiliki bargain position yang lebih tinggi, maka harga penjualan berfluktuasi sesuai margin keuntungan yang dikehendaki.

Berawal dari kondisi tidak menguntungkan tersebut, terlebih lagi terjadi krisis ekonomi yang hebat di Indonesia pada tahun 1997, maka berkembanglah pertanian perkotaan. Pertanian perkotaan merupakan praktek budidaya tanaman, pemrosesan hasil tanam dan distribusi bahan pangan di wilayahkota. Sebenarnya bukan hal yang baru jika kita berbicara tentang hidroponik dan akuaponik. Karena teknologi tersebut sebenarnya sudah dikembangkan oleh berbagai negara.

Prinsip pertanian perkotaan adalah bagaimana dapat memenuhi kebutuhan pangan dengan segala keterbatasan, baik lahan maupun waktu dan tenaga kerja yang semakin menjadi barang yang mahal di wilayah perkotaan. Lahan yang digunakan dalam konsep pertanian perkotaan bisa menjadi hal yang tidak terduga pada pertanian konvensional, seperti pekarangan, dinding, balkon, atap-atap bangunan, pinggiran jalan, ataupun tepi sungai.

Metode yang digunakan pun semakin bervariasi sesuai dengan ruang yang digunakan. Misalnya, vertikultur (menggunakan rak bertingkat untuk mendapatkan ruang lebih luas), vertiminaponik (modifikasi aquaponik yang dibuat vertikal), hidroponik (bercocok tanam dengan menggunakan media selain tanah), wolkaponik (modifikasi hidroponik yang disusun vertikal).

Pemanfaatan pekarangan memiliki fungsi sebagai ketahanan pangan di tingkat keluarga, organisasi terkecil di sebuah masyarakat. Jika ketahanan pangan di tingkat keluarga sudah dipenuhi, bukan tidak mungkin ketahanan pangan di tingkat nasional bisa diraih. Contoh kasus yang masih diingat adalah tingginya harga caberawit di tahun 2017 (tembus mencapai 100 ribu perKg di berbagai kota di Indonesia) yang kemudian disikapi oleh Kementerian Pertanian dengan program “Gertam Cabe” dengan membagikan bibit caberawit secara gratis kepada masyarakat. Kondisi harga slaah satu komoditas hortikultura ini berangsur-angsur turun dan normal.

Kajian empiris membuktikan bahwa pertanian perkotaan dapat meningkatkan keamanan pangan, meningkatkan pendapatan rumah tangga, menciptakan peluang lapangan kerja, dan pelestarian lingkungan. Susunan taman dengan tanaman sayuran akan meningkatkan nilai estetika kota, menjaga kualitas udara dan mengurangi limbah sampah.

Hidroponik

Perkembangan hidroponik begitu pesat dengan adanya berbagai modifikasi metode baik dalam skala yang besar maupun kecil. Bermula dari metode hidroponik yang sederhana seperti wick system, kemudian berkembang menjadi metode yang lebih rumit dengan skala yang lebih besar, seperti Nutrient Film Technique (NFT). Model Small Media Bed, dan Deep Water Culture.

Nutrient Film Technique
berbagai model hidroponik dan akuaponik

Tahapan sederhana proses hidroponik adalah tahap persiapan yang terdiri dari menyiapkan alat/set hidroponik, menyiapkan media tanam, dan menyiapkan bibit tanaman, tahap selanjutnya adalah persemaian benih, dan perawatan tanaman hingga panen

Tahap Persiapan Alat dan Bahan

Alat/set hidroponik terdiri dari bagian nutrisi, benih/bibit, media tanam, dan pH meter. Nutrisi pada hidroponik ini biasanya terdiri dari larutan hara. Terdapat berbagai macam nutrisi yang ditawarkan untuk membuat hidroponik. Salah satu paket nutrisi yang dsudah dikenal umum adalah formula AB baik padatan atau cair. Biasanya formula ini perlu dilarutkan dengan air terlebih dahulu sebelum digunakan untuk memberi nutrisi tanaman. 5 mL larutan A ditambah 5 mL larutan B dilarutkan pada 1 liter air (atau sesuai dosis pada kemasan).

Media tanam pada hidroponik bermacam-macam, paling umum yang digunakan adalah rockwool, perlite, zeolite, arang, hydrotone. Masih banyak media tanam yang dapat digunakan sesuai dengan kondisi lingkungan seperti sabut kelapa dan ela sagu dll.

berbagai jenis bahan yang dapat dijadikan media tanam hidroponik

Tahap Persemaian Benih

Langkah persemaian pada penggunaan rockwool diawali dengan memotong rockwool menjadi bagian bagian kecil disesuaikan dengan besar kecil netpot. Kemudian lubangi rockwool dengan pinset sedalam 1 cm untuk lubang tanam. satu lubang tanam satu benih tanaman. Kemudian rockwool tersebut disiram/disemprot  air dan disimpan didalam ruangan (hindari sinar matahari langsung) sampai benih tersebut berkecambah. Setelah berkecambah dalam 1 – 3 hari, benih dapat dipindahkan di area yang terkena sinar matahari untuk menghindari terjadinya etiolasi (batang tumbuh ebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil). Jika sudah tumbuh 4 helai daun sejati, tanaman siap dipindahkan ke netpot atau media lain yang telah disiapkan.

Kondisi persemaian yang siap dipindahkan

Tahap Perawatan hingga Panen

Tanaman hidroponik perlu mendapat perhatian untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Pemeliharan tanaman terdiri dari memeriksa kondisi larutan, dan melakukan pengendalian hama penyakit. Pastikan larutan selalu tersedia namun tidak diperkenankan larutan tersebut memenuhi semua akar tanaman. Akar tanaman yang terendam sepenuhnya akan menyebabkan kebusukan. Biasanya untuk tanaman yang belum memiliki akar yang panjang, penyerapan larutan nutrisi dibantu dengan sumbu atau kain. Setelah itu atur konsentrasi atau kepekatan larutan dan tingkat keasaman larutan. Konsentrasi yang tinggi akan menyebabkan tanaman mati. Gunakan pestisida nabati untuk mengendalikan hama dan penyakit.

Setelah dua bulan setelah semai, tanaman sayuran daun biasanya sudah dapat dinikmati hasilnya. Pemanenan dapat di lakukan beberapa kali, dengan hasil yang kemudian terus menurun hingga akhirnya tanaman perlu diganti dengan yang baru.

Vertiminaponik

Vertiminaponik merupakan modifikasi dari metode akuaponik yang disusun secara vertikal. Metode akuaponik merupakan sebuah metode yang mengkombinasikan antara tanaman dan ikan sehingga terjadi simbiosis antara keduanya.

Komponen biologikal dalam proses akuaponik terdiri dari ikan, tanaman dan bakteri. Bakteri berperan sangat penting dalam simbiosis tanaman – ikan. Ikan menghasilkan amonia, amonia diubah menjadi nitrit oleh bakteri, nitrit tersebut selanjutnya dioksidasi oleh bakteri menghasilkan nitrat. Nitrat ini yang kemudian dibutuhkan tanaman. Air yang mengalir melewati tanaman secara langsung juga menyaring kotoran dan meningkatkan oksigen di dalam air sehingga dapat digunakan kembali oleh ikan. Kandungan amonia dan nitrit bersifat toxic terhadap ikan, sehingga peran tanaman juga begitu penting terhadap keberlangsungan ikan.

komponen biological dalam sistem akuaponik

Konsep keseimbangan antara populasi ikan dan tanaman menjadi kunci penting terhadap hasil pada proses akuaponik. Jumlah ikan harus seimbang dengan jumlah tanaman. Jika populasi ikan berlebih, maka kandungan amonia akan tinggi dan tidak bisa diserap seluruhnya oleh tanaman, sehingga kemungkinan besar ikan akan mengalami keracunan. Sebaliknya jika populasi tanaman lebih tinggi dibandingkan ikan, maka jumlah amonia sebagai sumber nitrat tidak dapat memenuhi kebutuhan tanaman yang akan menyebabkan tanaman tidak subur, pucat dan kekuningan.

Proses pembuatan vertiminaponik telah saya jelaskan pada artikel cara membuat vertiminaponik, atau dapat anda peroleh pada bahan materi yang beberapa hari lalu saya sampaikan di American Corner, Universitas Pattimura.

photo bersama ketua American corner Unpatti setelah memberikan materi vertiminaponik

Vertiminaponik yang dikembangkan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian jakarta, mampu menghasilkan 200 – 300 ekor lele, atau 10 – 150 ekor nila/bawal, atau 50 – 100 ekor ikan patin, dengan kapasitas air 4 m kubik (menggunakan profil tank berkapasitas 500 L). Sedangkan hasil tanaman yang diperoleh adalah delapan talang air yang berukuran 1 meter, dengan masing – masing talang mampu menghasilkan 0.5 hingga 1 Kg sayuran (tergantung dari jenis sayuran).

Konsep vertiminaponik hampir sama dengan hidroponik dari segi media dan budidaya tanpa tanah. Namun, vertiminaponik tidak menggunakan larutan hara yang digunakan oleh hidroponik, dan hasil yang diperoleh oleh vertiminaponik adalah organik karena tanpa pupuk dan pestisida kimia.

Sebagai penutup, ketahanan pangan ditingkat individu terkecil sangat penting dilakukan untuk mempermudah pencapaian ketahanan pangan nasional dan mengurangi ketergantungan pangan dari daerah lain. Kondisi kekurangan lahan dan tenaga kerja bukan menjadi alasan untuk tidak dapat menyediakan berbagai macam jenis pangan di pekarangan. Luas lahan pekarangan di Indonesia tercatat kurang lebih 16 persen dari total lahan pertanian di Indonesia, sehingga sangat berpotensi menghasilkan aneka pangan khususnya hortikultura.

Terima kasih telah berkunjung dan selamat belajar!

Download materi:

  1. Pertanian perkotaan
  2. Panduan praktis hidroponik
  3. Langkah pembuatan vertiminaponik

Similar Posts

3 Comments

  1. Salam kenal,
    Ijin bertanya Pak,
    Kl sistem vertiminaponik, itu 150 ekor nila yang ditebar dari benih Pak? Pernah sampai beranak pinak nggak dlm tandonnya, dan apa perlu dipisah ke kolam berbeda atau tidak Pak anakannya, terimakasih

Tinggalkan Balasan ke Agung Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *