|

Cerita di balik Buku Menakar Daya Saing

Ini adalah buku kedua sepanjang karir saya menjadi peneliti. Spesial sih enggak terlalu karena buku adalah memang salah satu produk yang diwajibkan bagi orang yang berprofesi peneliti atau dosen. Apalagi mungkin isinya tidak lepas dari bahasa baku dan formal yang membuat sebagian besar malas membukanya. Istri saya pun bilang baru membaca di bab awal sudah harus berpikir keras untuk fokus. Konsekuensi sebagai buku acuan dan berlandaskan ilmu pengetahuan memang begitu, tidak mungkin gaya bahasa yang saya tampilkan seperti artikel di blog ini kan?

penulis buku menakar daya saing pertanian

Namun, ada beberapa point yang membuat saya merasa belajar dari diterbitkannya buku ini. bisa dibilang poin – poin inilah yang menjadikan buku ini spesial dibandingkan buku sebelumnya.

Bahan berdasarkan pengamatan

Nyaris keseluruhan isi dari buku ini adalah hasil kajian yang dilakukan di rentang tahun 2015 hingga 2018. Buku pertama tentang regresi pun saya tulis berdasarkan pengalaman saya didepan komputer mengolah data. Namun tantangan di kegiatan penelitian adalah berurusan dan berinteraksi dengan orang lain. Ide kita mungkin bagus, tapi bisa menjadi lain ketika kita sudah berhadapan dengan orang lain karena setiap manusia memiliki beragam karakter dengan berbagai latar belakang penyebabnya. Buku pertama lebih cepat karena hanya sebatas mengumpulkan artikel blog (meski memang setahun juga nulisnya). Buku kedua lebih menceritakan hasil dari aktivitas mengolah data tersebut.

Editor

pembelajaran baru pada buku kedua ini adalah adanya editor yang berperan sebagai reviewer konten. ternyata ini sangat penting karena tugas editor melihat isi buku agar bisa laku dijual entah itu dengan mengubah alur kata ataupun mengubah sistematis. Tips menghadapi editor harus open dan sabar, karena pada prinsipnya editor lebih berpengalaman menerbitkan buku ketimbang penulis.

Meski waktu yang diperlukan lebih singkat daripada menyusun bukunya, tapi pada proses ini harus ekstra sabar. kadang terpikir “kok editornya ngatur ngatur sih?” padahal kita yang lebih tau tentang isi dan proses penelitian. tapi percayalah, dengan kita open dan menerima masukan buku kita ternyata semakin sempurna.

Kerjasama dengan Penerbit

Jika buku pertama diterbitkan dengan self publishing, sekarang mulai belajar kerjasama dengan penerbit. Ya.. kayak pengusaha begitulah.. ada tanda tangan kontrak kerjasama, ada proses proofing naskah dan lain lain. Ibarat sebuah nasehat, letakkan sesuatu kepada tempat yang tepat dan orang yang tepat sesuai ahlinya.

Ternyata kerja sama dengan penerbit tidak serem serem amat. Semua proses alhamdulillah lancar berjalan mengalir begitu saja. Saya mengibaratkan sebagai wordpress dalam sebuah blogger. Kita sebaiknya fokus kepada isinya (kualitas tentunya) kemudian masalah viral non viralnya kita serahkan kepada mbah g**gle aja.

Sepertinya untuk buku buku selanjutnya saya akan meneruskannya dengan kerjasama dengan penerbit.

Penutup

Ketika buku ini sampai ditangan saya, hal yang terlintas dalam benak saya adalah: “apakah saya bisa melampaui kualitas buku ini ditahun mendatang?” karena mengalahkan diri sendiri adalah hal yang tersulit. Tulisan ini bukan untuk membangga-banggakan buku kedua ini, melainkan sebagai tanda bahwa penulis masih sering mantengin blog ini minimal menjawab komentar, karena sudah hampir sebulan tidak pernah posting lagi. Terima kasih sudah berkunjung.

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *